Selasa, 17 Agustus 2010

MALAU RAJA








MALAU RAJA

Dalam penelusuran sejarah maka telah banyak diketahui generasi si Raja Batak berikutnya dan dengan berbagai macam marga yang timbul kemudian. Kalau melihat asal usul orang Batak yang bermula ada dan dari Pusuk Buhit, SIANJUR MULA-MULA maka oleh karena berbagai permasalahan dan penguasaan tanah di Sianjur Mula-mula menimbulkan terjadinya migrasi dan perpindahan keluar dari tempat asal tersebut, termasuk SILAU RAJA yang tidak mendapat tempat dari kedua abangnya Limbong Mulana dan Sagala Raja pada masa itu.

Untuk itu kemudian Silau Raja mengalami migrasi keluar dari Sianjur Mula-mula pergi kearah timur dan bisa saja pergi kearah timur dengan maksud untuk kembali ke daerah asal leluhurnya di Grahi atau Cai’ya dengan melalui daratan dan rimba yang harus ditembus.

Grahi sendiri berada disebelah timur laut dari pada Sianjur Mula-mula, karena itu dimulainya pergi melalui Rianiate terus ke Salaon dan perkembangan selanjutnya ternyata ada terdapat pemukiman marga Malau di berbagai tempat seperti ; Huta Passur Rianiate, Pangururan, Banjar Malau (Huta Malau) Simanindo, Harianboho , Siattar-attar , Salaon , Huta Mula Sipolha.


A. SIRAJA BATAK
Diperkirakan lahir pada tahun 1160
Ianya adalah bekas pemimpin setingkat Tumengggung dari pada pasukan Kerajaan Grahi / Thai / Tambralingga yang berada menguasai Barus dan kemudian masuk ke Pusuk Buhit , Sianjur Mula-mula pada tahun 1230 dan medirikan cikal bakal masyarakat batak. Siraja Batak sebelum sampai di Pusuk Buhit pada mulanya sudahpun mempunyai anak dan membawanya turut serta ke Barus. Anaknya tersebut adalah anak Pertama bernama Guru Tetea Bulan dan anak Kedua bernama Raja Isumbahon dan Toga Laut.
Anak Si RAJA BATAK (1160 M) adalah :
1. Yang Pertama adalah Guru Tetea Bulan atau Raja Ilontungan atau Toga Datu.
2. Yang Kedua adalah Raja Isumbaon
3. Toga Laut ( yang pergi ke Nias)

B. GURU TETEA BULAN ( perkiraan tahun 1190 M )
Disebut juga dengan Raja Ilontungon atau Namarata atau Toga Datu
anaknya terdiri dari ;

1. RAJA BIAK-BIAK. – 1232M
2. SARIBU RAJA - 1234M
3. LIMBONG MULANA – 1236M
4. SAGALA RAJA - 1238M
5. SILAU RAJA - 1240 M
6. SIBORU PAREME
7. SIBORU ANTING SABUNGAN
8. SIBORU BIDING LAUT
9. NAN TINJO

Putera SIRAJA BATAK yang pertama adalah GURU TETEABULAN diperkirakan lahir tahun 1190 mengawini seorang putri dari kelompok asing – halak jao - orang primitif bernama SIBASOBURNING ( perempuan suci yang berbahasa asing) , GURU TATEABULAN mempunyai putra-putri berturut-turut sebagai berikut ;

GURU TETEABULAN :

1. Raja Biak-biak tahun 1232 sebagai anak laki-laki pertama.

Dikenal juga dengan nama Raja Uti atau Raja Miok-miok atau Raja Hatorusan (diberikan namanya Raja Uti untuk mengingat dan mengharapkan agar anak pertama ini kelak sehebat Kaisar Han Wu Ti yakni Kaisar Cina pada Dinasti Han). Ketika lahir disertai guruh menggelagar dan hujan lebat dan bentuk tubuhnya tidak sempurna, tidak bertangan dan tidak berkaki , mungkin juga akibat banyaknya penderitaan disaat mengungsi membuatnya lahir cacat.

Setelah Raja Uti berdoa di Pusuk Buhit dengan diantar ibunya ternyata Mulajadi Nabolon mengabulkan doanya , lalu dia dibuat berkaki dan bertangan bahkan dibuat pula berekor dan bersayap dan wajahnya dibuat bermoncong seperti babi.
Setelah doanya dikabulkan dia kembali ke Sianjur Mula-mula dan tidak lama disana dia pergi lagi ke Aceh kemudian pindah lagi ke daerah Barus. Dikenal dengan berbagai kesaktiannya serta memiliki pusaka berupa Piso Gaja Dompak (pisau gaja penangkal) sedangkan putra kedua Guru Tetea Bulan yakni ;

2. Tuan Saribu Raja tahun 1234 sebagai anak laki-laki kedua .

Nama Sariburaja (saribhuya) diberikan sesuai dengan kejadian pada saat itu adalah masa runtuhnya kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Radjendara Chola dan juga bangkitnya kerajaan Singhasari dan kerajaan-kerajaan baru lainnya. Tuan Saribu Raja mempunyai tiga orang anak masing-masing ;

2.1 . Raja Lontung (Lontung) tahun 1260.
yaitu anak dari istrinya bernama Siboru Pareme. Siboru Pareme sendiri sebenarnya adalah perempuan kembarnya, yang dikawininya sehingga membuat marah para adik - adiknya dan mengusirnya dari Sianjur Mula-mula dan pergi ke arah tenggara atau Sabulan sekarang.

2. 2. Raja Borbor (Borbor) adalah
anak Saribu Raja dari istrinya bernama Nai Mangiring Laut / Nai Manginggir Laut seorang putri dewa Balabulan yang banyak membawa barang-barang pauseang dari ayahnya. Untuk penyimpanan barang-barang pusaka tersebut, mereka membuat rumbi batu / lemari sekarang dikenal dengan Batu Hobon terdapat sampai saat ini di Parik Sabungan dekat Sianjur Mula-mula. Bisa saja Nai Mangiring Laut berasal dari putri Raja Bawahan Sriwijaya yang pernah ada di Barus.

2. 3. Raja Galeman (Sibabiat) adalah
anaknya dari istrinya yang diduga merupakan keturunan Tamil yang pada saat itu Saribu Raja sudahpun berada di Barus. Sedangkan di Barus sendiri sudah banyak orang Tamil terkait dengan penguasaan perdagangan Kapur Barus akibat ekspansi Kerajaan Cola sebelumnya dalam menahlukan kerajaan Sriwijaya.
Tuan Saribu Raja adalah orang yang tidak pernah diam dalam satu tempat, dia selalu pergi berkelana dari satu kawasan hutan ke kawasan hutan lainnya. Karena itu ia mampu bersahabat dengan binatang yaitu babiat sibolang dan bodat simumbal-umbal. Perjalanannya dari Sianjur Mula-mula sampai ke Haunatas dan sampai juga ke Barus. Sementara itu anak Guru Teta Bulan yang ketiga, keempat yaitu LIMBONG MULANA , SAGALA RAJA cenderung tinggal dan berdiam pada lingkungan sekitar Sianjur Mula-mula , sedangkan putera kelima yaitu SILAU RAJA mengalami migrasi keluar dari daerah Sianjur Mula-mula.

3. Limbong Mulana tahun 1236 sebagai anak laki-laki ketiga.

nama yang diberikan kepada anak ketiga yang mana saat lahir bersamaan dengan terjadinya serangan tentara Mongolia menaklukkan Cina dan seluruh Asia Selatan termasuk Sumatera dibawah pimpinan Kaisar Besar dari marga Bong. Kata limbong sendiri dalam bahasa batak agak susah diartikan.
Limbong Mulana mendiami daerah sebelah selatan punggung gunung yang menghubungkan Pusuk Buhit dengan dataran tinggi. Nama Limbong dengan kata Mulana mengartikan awal mulanya perkampungan dan tatanan sosial masyarakat batak berawal dari lembah Limbong.
Limbong Mulana mempunyai keturunan bernama : Palu Onggang dan Langgat Limbong serta Sihole, Habeahan, Perangin-angin Sapiam, Kabeahan, Takar, Padang, Tinendung.

4. Sagala Raja, tahun 1238 sebagai anak laki-laki ke-empat.

nama yang diberikan kepada anak ke-empat yakni pada saat lahirnya sesuai dengan masa bangkitnya raja-raja baru yang melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya, baik itu di Sumatera, Asia Selatan, Asia Tenggara . Seperti yang dapat dilihat timbulnya Kerajaan Melayu Jambi , Kerajaan Pagaruyung, Kerajaan Palembang dan sebagainya.

Sagala Raja mendiami satu diantara daerah di utaranya , karena itu ada dua lembah yaitu Lembah Sagala dan Lembah Limbong yang berbentuk lekukan antara Pusuk Buhit dan tembok luar danau di sebelah barat. Sebuah lembah kembar yang dalam sastra sering disebut Sagala-Limbong dan awal mayarakat batak.

Sagala Raja mempunyai keturunan bernama: Sagala Hutaruar, Hutabagas, Hutaurat dan juga marga Bangun.
Sedangkan anak dari pada Guru Tetea Bulan yang paling bungsu adalah Silau Raja yaitu nama yang diberikan sebagai anak laki-laki terakhir atau anak laki-laki paling bungsu.

5. Silau Raja , tahun 1242 sebagai anak laki-laki yang bungsu.

Silau Raja mempunyai empat putra yang mana dari istri pertama yang bernama putri dewa atau putri Jau memperoleh satu orang anak bernama Malau Raja. Sedangkan dari istrinya yang kedua bernama Siboru Burning memperoleh anak bernama Manik Raja, Amabarita Raja dan Gurning Raja , sedangkan Istri Silau Raja berasal dari kelompok lain atau halak Jau maksudnya tidak lain adalah orang-orang suku Proto Malayan yang terdahulu telah ada atau suku bangsa yang ada berdagang di pelabuhan Barus.

Dalam tulisan ini yang mana penulis sekaligus menelusuri leluhurnya maka arah penulisan ini tentu mengambil garis marga yang sesuai dengan marga dari pada penulis yaitu Malau.


C. OMPU SILAU RAJA ( perkiraan tahun 1240M )
anaknya terdiri dari ; merupakan nama yang diberikan sebagai arti anak yang paling bungsu atau diambil dari kata ‘lau’ yang berarti ‘ekor” . Silau Raja adalah anak bungsu Guru Teteabulan atau Nai Marata atau Ilontungan , sekaligus pula menjadi cucu paling bungsu dari Si Raja Batak.

1. MALAU RAJA
2. MANIK RAJA
3. AMBARITA RAJA
4. GURNING RAJA

D. MALAU RAJA ( diperkirakan tahun 1270 M )

diperkirakan pada 1270 M. Sesuatu yang biasa bagi orang batak atau manusia pada umumnya memberikan nama bagi anaknya sesuai dengan apa yang menjadi kesan atau pesan atas kejadian yang terjadi pada masa sianak tersebut dilahirkan.

Tahun 1270 bersamaan dengan masa bangkitnya kembali Kerajaan Mol’yu atau Cri’wijaya dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Nama Malau dimungkinkan diambil dari kata Malayu yang berarti berasal dari bukit (bahasa sansekerta).
Malau Raja dan leluhurnya juga tinggal di kelilingi pegunungan atau perbukitan Simanuk-manuk.

Dengan memberikan nama Malau sedemikian, ada harapan orangtuanya yaitu Silau Raja agar Malau Raja kelak bisa menjadi Raja yang besar dimasa yang akan datang . Berharap akan adanya keturunan Silau Raja yang menjadi Raja pada masyarakat pegunungan yang ada ataupun menjadi Raja pada bangsa Melayu dikemudian hari.

Keturunan Silau Raja yaitu Malau Raja, Manik Raja, Ambarita Raja, dan Gurning Raja selalu hidup bersama - sama dan mendiami dan bermukim serta menjadikannya sebagai Bona Pasogit di beberapa daerah secara terpencar sekitar Huta Passur Rianiate , Pangururan, Salaon, Harianboho, Simanindo, Lumban Gurning Posea, Huta Mula Sipolha bahkan sampai ke Simalungun. Di Tanah Batak Toba, marga Malau adalah satu dari sedikit silsilah yang agak besar, yang tidak mempunyai daerah inti yang utuh, tempat sebagian besar anggotanya tetap hidup bersama.

Hal ini sangat terkait dengan keadaan moyang leluhur bernama Silau Raja yang memang terpaksa keluar meninggalkan Sianjur Mula-mula dan pergi kearah Timur atau Timur Laut dari Sianjur Mula-mula, yang mungkin saja saat itu ianya bermaksud pulang kembali ke Kerajaan Grahi yaitu tempat asal muasal moyang leluhurnya sebelumnya.

Sesuai arah perjalanan yang dijalaninya, kepergiannya itu jelas tidak membuat tempat yang menetap namun disetiap daerah yang disinggahinya tentu mempunyai hasil perjalanan bahkan bisa saja berbaur dengan masyarakat yang baru ditemuinya dan tentu telah mendatangkan keluarga dan keturunannya disana .

Pada saat sekarang belum dapat dengan jelas diketahui identitas peninggalannya disepanjang perjalanannya tersebut kecuali satu bahwa ditanah Batak tidak diketahui bona pasogit yang permanent bagi keturunan Silau Raja . Salah satu bona pasogit yang permanent yang dapat diketahui jelas ada sampai saat ini hanya di Huta Malau , Simanindo – Pulo Samosir dan sudah ada sejak abad ke 16 sedangkan Malau Raja mempunyai anak bernama PASE RAJA MALAU.

E. PASE RAJA MALAU ( perkiraan tahun 1300 M )

bagian tertua dari marga Malau yaitu yang dari Pase Raja dan yang masih disebut Malau, menjadi parbesanan serta sekutu yang tegar dari pada marga Simbolon ( Nahoda Raja) dan Sitanggang (Raja Sitempang) yang bersama Saragi menduduki daerah - daerah sudut barat laut Pulau Samosir.
Nama Pase Raja juga mengingatkan pada berdirinya Negara Samudera Ac’a Pasai pada tahun 1285 karena pada masa tahun 1370-1390 kerajaan Samudera Pasai berhasil pula mengusir tentara Majapahit dari tanah Melayu.
Pase dalam bahasa batak kurang dapat dicarikan artinya, sehingga bisa dianggap kata Pase tersebut diadopsi dari nama Pasai yaitu dari nama Negara Samudera Pasai dan yang merupakan Kerajaan Islam Pertama ber mazhab Syafi’i. (Pasai atau sai artinya pantai - tapasai - tepi pantai). Kemudian anak Pase Raja mempunyai anak bernama ;

1. RAJA PARMAS MALAU
2. GURU PANSUR MALAU
3. GURU LANGGAK MALAU

F. RAJA PARMAS MALAU ( perkiraan tahun 1335 M )
mempunyai anak bernama
1. MALAU RAJA II
2. GURU SOLOBEAN MALAU

G. MALAU RAJA II ( perkiraan tahun 1370 M )
merupakan yang menurunkan TABU TABU GUMBANG dan yang
merupakan leluhur marga Malau di RIANIATE.

F. TABU-TABU GUMBANG ( tahun 1400M)
Kemudian terdapat benang sejarah dan keturunan yang belum jelas diperoleh nama-namanya atau masih terdapat sejarah generasi yang terputus sampai dengan ke tahun 1650.

Dalam tulisan ini yang mana penulis sekaligus menelusuri leluhurnya maka arah penulisan ini tentu mengambil garis marga yang sesuai dengan marga dari pada penulis yaitu Malau.

Generasi terputus yang belum jelas nama-nama berikutnya setelah dari Malau Raja II yang belum banyak diketahui dan menjadi tugas generasi sekarang untuk mendapatkan sambungan rantai leluhur agar jelas mata rantai leluhur Silau Raja tersebut. Suatu keyakinan yang bisa dipegang bahwa semenjak keturunan Malau Raja II tentu tidak lagi hanya berdiam tinggal di Rianiate dan sudah pasti melakukan migrasi yang menyebar kemana-mana.

Penyebaran migrasi dari keturunan Malau Raja II sudah juga dapat dipastikan akan memilih arah timur dan utara dari pada Sianjur Mula-mula dan tempat-tempat yang ditujunya tersebut tak lain adalah tempat berdirinya kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Peurlak, Kesultanan Malaka, Kerajaan Simalungun, Kerajaan Siantar dan sebagainya.

Keturunan Raja Malau II tersebut pergi berimigrasi kedaerah-daerah yang mana tumbuh dan berkembangnya agama Islam, akibatnya setelah mereka masuk menjadi bagian dari masyarakat yang ada mereka temui, mereka harus melepaskan identitas lamanya sebagi masyarakat batak pagan dan itu bagi masyarakat yang dimasukinya adalah bagian dari pada kekhafiran.

Dengan beradaptasi yang sedemikian rupa yaitu merubah diri dari Batak Pagan menjadi masyarakat beragama maka identitas Batak Pagan yang telah dirubanya tidak dapat lagi terjaga / terpelihara dengan baik bahkan sengaja pula dilupakan sehingga generasi berikutnya menjadi sulit menarik benang merah kepada garis leluhur pada Batak pagan sebelumnya.

Pada tingkat generasi berikut telah terjadi juga perubahan baik akibat migrasi dan atau perkawinan maupun kepentingan-kepentingan pada masa itu sehingga ada yang membentuk marga MalauGurning, MalauManik, MalauAmbarita atau Manik Gurning dan lainmya yang telah menyebar dalam kelompok-kelompok kecil di Samosir dan sekitarnya.

Di pantai timur Sumatera, Malau dengan nama Damanik, merupakan marga yang memerintah di daerah swapraja Siantar, cerita ini dikenal dengan Parboniaga Sopunjung . Walaupun diabad 21 sekarang banyak pula kaum dynasty di daerah Simalungun yang mengkalim dirinya tidak ada berkaitan dengan Batak Toba karena mereka katanya berasal dari dynasty Nagur yang datang langsung dari India .

Kemudian karena Malau Raja adalah anak tertua dari Silau Raja maka dalam kehidupan sehari-hari, dia harus menjunjung nama orangtuanya dan memakainya sebagai nama leluhurnya. Hal ini membuat sulit membedakan keperluan Silau Raja atau Malau Raja-kah yang si-Malau Raja sedang jalankan. Untuk menjaga kesatuan dengan dan dalam marga adik-adiknya yakni Manik, Ambarita dan Gurning maka lebih dominan Malau Raja menjalankan fungsi pengayom dan pemersatu dengan selalu menggunakan nama Silau Raja sebagai nama moyang leluhur. Posisi yang demikian membuat Silau Raja dengan Malau Raja menjadi sama saja dan sulit membedakannya.

Kerajaan Nagur sering disebut merupakan kerajaan Batak pagan yang didirikan oleh para Proto Malayan yang terdahulu masuk ke Sumatera yaitu komunitas primitive dan bertumbuh dengan masuknya berbagai pengaruh kepada komunitas tersebut .

Kerajaan ini disebut-sebut pernah ada pada buku-buku sejarah Arab terutama dalam buku perjalanan dari saudagar-saudagar Gujarat yang dibawah kekuasaan Dinasty Fatimah . Sejarah yang seakan-akan membangkitkan masyarakat batak pagan telah mampu sebelum tahun 1200-an untuk membangun suatu pemerintahan dan kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.

Bahwa nama Mara Silu dalam literature marga-marga orang batak tidak ada didapati marga dan identitas marga yang sama seperti itu . Oleh karenanya tentu nama tersebut adalah nama dari suatu orang batak yang telah sengaja untuk menghilangkan identitas batak pagan yang ada padanya pada masa itu terutama setelah masuk kepada masyarakat agama Islam mazhab Syafi’i tentu harus meninggalkan latar belakangnya yang dianggap ka’fir.

Nama Marah Silu yang mempunyai persamaan dengan kata Silau Raja, membuat penulis mempunyai dugaan yang kuat bahwa yang empunya nama tersebut adalah bagian dari Silau Raja.
Marah Silu berasal kata dari Marah , meura, morat yang berarti = Raja dan ditambah kata silu dari kata silau yang penyebutan cepat menjadi silu.

Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat Silau Raja yang tidak mendapat tempat di Sianjur Mula-mula membuatnya harus keluar dari sana. Dalam perjalanannya sebagai orang terbuang maka Silau Raja tersebut telah menimbulkan cerita yang memperdengarkan nama sedemikian rupa.

Dalam mengajak dan menguasai para suku Proto Malayan yang dilaluinya yang sudah ada di tanah Sumatera khususnya, serta dalam mendirikan komunitas baru dan akhirnya menjadikan cerita asal usul yang semestinya Sianjur Mula-mula dirubah oleh keadaan dan lintas bahasa yang dipakai menjadi berasal dari kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.

Marah Silu yang sebelumnya adalah seorang batak pagan disebut-sebut mempunyai tattoo diwajahnya dan memepunyai juga tanda - tanda seorang putra raja lainnya , yang tidak dapat hapus sepanjang hidupnya.
Dikatakan pula sebagai orang yang memakan cacing dan dalam dongengan masyarakat daerah Pasai tidak pula dikenal pasti asal usulnya kecuali hanya seorang anak dari bukit Pasai.

Melihat peta migrasi yang dilakukan Silau Raja dan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Saribu Raja dan keturunannya yaitu yang menuju kearah Selatan tanah Batak maka disana kemudian banyak dipengaruhi oleh masuknya serangan Perang Padri dan yang paling besar adalah pengaruh Belanda melalui VOC diawal tahun 1600 dan masuknya agama Kristen.

Migrasi yang dilakukan oleh Silau Raja serta keturunannya kearah Timur tersebut tidak tertutup kemungkinan keturunan Silau Raja yang sejak tahun 1400 yaitu setelah anak - anak dari Malau raja II lahir maka anak-anak Malau Raja II tersebut telah berimigrasi pula ke Timur dan berbaur ke Kerajaan yang ditemuinya didaerah timur bahkan turut mendirikan kerajaan yang baru ditempat daerah timur sumatera tersebut.

Mengingat pada hal-hal yang terjadi pada tahun 1600 yaitu masa dimana telah diketahui dengan jelas adanya leluhur penulis yang bernama Raja Tuan Sori Malau dan anaknya bernama Oppu Raja Djailalo Malau yang telah berada di Pulau Samosir tepatnya di Huta Malau Simanindo maka hal ini kemungkinannya merupakan arti dari hal sbb ;

leluhur dari keturunan Silau Raja yang tadinya telah berimigrasi ke daerah Timur dan setelah daerah timur dikuasai oleh penjajahan dan kekuasaan Eropa baik Kolonial Belanda maupun Portugis atau VOC membuat mereka terpaksa pergi kedaerah lain termasuk ke Pulau Jawa dan ada pula yang kembali lagi ke tanah Batak.

Terutama akibat dari telah adanya masuk kekuatan tentara Portugis yang menguasai daerah timur sumatera dan seluruh semenanjung Malaya dan memusatkan pula kekuatannya di bekas kesultanan Malacca sebagai pusat kekuasaan. Di Malacca ini , Portugis kemudian menjadikannya sebagai benteng kekuasaan dan dari sanalah disusun segala upaya untuk menahlukkan negeri lainnya.

Keturunan Silau Raja yang kembali itu tidak mungkin pula ke Sianjur Mula-mula karena pada awalnya juga tidak mendapat tempat disana , oleh karena itu kembali ke tanah batak lainnya yaitu Pulau Samosir.

Pulau Samosir, dalam bahasa batak kata samosir tidak pula jelas artinya, dan menurut penulis kata samosir adalah pemberian dari para pedagang Inggris. Saudagar Inggris tersebut terhadap sesama saudagar lainnya telah mengklaim tanah batak terutama pelabuhan Barus adalah dibawah kekuasaan Inggris.

Pada saat itu telah timbul usaha-usaha masyarakat Eropa untuk saling mengklaim daerah-daerah kekuasaanya di Nusantara dan pada masa itu timbul perselisihan antara bangsa Holland dengan bangsa Inggris di pelabuhan Barus. Komuntitas Inggris yang lebih dahulu masuk Barus dan mempunyai markas di Aceh datang ke Barus mendahului bangsa Holland namun bangsa Inggris tersebut tidak berani masuk untuk berkuasa terlalu jauh untuk membuat agen/wakil kekuasaanya di pedalaman tanah Batak hanya berada di pantai Tapian Nauli.

Akan tetapi tanah Batak tetap menjadi masyarakat yang primus inter phares dan menganut Hindu Kuno sebagaimana dibawanya dari pegunungan Birma/Siam sewaktu masih dalam induk Proto Malayan. Daerah Sianjur Mula-mula sebagai sentra peradaban masyarakat Batak tidak mudah dipengaruhi. Sebaliknya justru masih beruntung hal itu masih bisa ada terpelihara/terjaga sehinggah masih saja ada tersisah peradaban batak kuno hingga saat sekarang ini . Walaupun mengalami penambahan dan perubahan disana sini sebagaimana perkembangan peradaban yang masuk.

Batak adalah Batak , yang splendid isolation dan tumbuh menjadi masyarakat yang percaya diri dan bangga menjadi dirinya sendiri, jelas berkarakteristik dan jelas mempunyai ciri spiritual tersendiri. Suatu masyarakat sampai abad sekarang ini menjadi salah satu suku ras dari bangsa Indonesia.

Bila diperhatikan maka Silau Raja telah mempunyai anak-anak yang tersebar merantau dimana-mana dan boleh jadi anak-anaknya tersebut jika kita uraikan mempunyai nama yang sama yaitu ;

1. Ditanah Batak ;
a. Malau Raja ; arti pertanda akan menjadi Raja Melayu .
b. Manik Raja ; manik ; manik-manikam ; artinya berkilau.
c. Ambarita Raja ; ambarita : berita terkenal ; masyur ; mansur.
d. Gurning Raja ; gurning ; artinya bening ; suci ; thahir.

2. Ditanah Perantauan / Samudera Pasai ;
a. Malik Ul Thahir ( Mohammad ) ; thahir
b. Malik Ul Mansur ( Abdullah) ; mansur

Nama tersebut diatas mempunyai persamaan yang sama yaitu kedua nama anak yang lahir di Samudera Daya Pasai dengan anaknya yang ke-3 dan ke-4 di tanah Batak adalah sama yaitu bernama : MANSUR dan THAHIR

Adalah perhitungan yang wajar untuk mengikuti pola perhitungan bahwa umur satu generasi dalam mendapatkan keturunan rata-rata berumur diantara 20 – 35 tahun.

Banyak penulis mengatakan marga Malau yang di Rianiate adalah merupakan keturunan dari Tabu - tabu Gumbang dan sampai saat sekarang ini banyak marga Malau yang kita temui berasal dari sana dan tetap masih bermukim disana. Untuk daerah Pangururan ada juga leluhur marga Malau didapati disana, atas cerita dari banyak orang , keturunan marga Malau tersebut bernama RAJA ITULANNA MALAU yaitu yang merupakan marga Gurning tertua di Pangururan. Sementara itu keturunan dari Guru Pansur Malau dan Guru Langgak Malau serta Guru Solobean Malau tentu juga mengalami migrasi dari tempat asalnya dan mungkin saja menjadi marga Malau yang menurunkan Raja Djailalo Malau . Kenyataannya untuk RAJA DJAILALO MALAU ternyata bermukim di Huta Malau / Banjar Malau yaitu di daerah yang termasuk pada Nagari Simanindo yang hampir berjarak 15 km dari Rianiate . Mereka tidak menganggap mereka berasal dari leluhur Tabu-tabu Gumbang.

RAJA DJAILALO MALAU adalah keturunan atau anak dari OMPU TUAN SORI MALAU ( tahun 1650 ) dan ada meninggalkan suatu warisan yang yang sangat religius bagi keturunannnya / penulis. Warisan tersebut berupa sebuah Tombak yang disebut dengan Hujur Siringis. Tombak pusaka leluhur yang selalu dipergunakan dalam Pesta Bius di Nagari Simanindo.

Disamping itu di Huta Banjar Malau terdapat Jabu Parsattian atau rumah tempat tinggal leluhur Oppu Limbong Malau pada masanya. Sekarang ini tentu didiami oleh generasi penulis yang ada sekarang disana . Jabu Parsantian merupakan lambang spiritual dari kediaman kepala suku/ Raja ni Huta. Dalam rumah tersebut terdapat raga - raga yang menurut orang tua penulis mutlak ada di rumah bagi Raja Huta dalam memimpin acara penyampaian syukur dan doa-doa serta persembahan kepada Mulajadi Nabolon dan kepada para leluhur.

Dalam wilayah daerah Nagari Simanindo yaitu di Huta Malau maka keturunan dari pada RAJA DJAILALO MALAU adalah sebagai berikut ;

1. Ompu Tuan Sori Malau ( tahun 1650) mempunyai anak bernama Ompu Raja Djailalo Malau.

2. OMPU RAJA DJAILALO MALAU sekitar tahun 1686
mempunyai tiga orang putra yaitu ;
- OMPU BARINGIN MALAU
- OMPU MANGONDOK RAJA MALAU
- OMPU MANGARHAR MALAU

Ketiga anaknya ini mempunyai keturunan yang masing - masing sbb ;
Op. Baringin Malau adalah yang tertua , keturunannya banyak berada
dan bermukim di Huta Malau / Lbn.Batu , Simanindo sedangkan
Op. Mangarhar Malau yaitu yang bungsu dan mempunyai keturunan di
daerah Hutaginjang di dolok ni Huta Sitanggang Uruk sedangkan
Op. Mangondok Raja adalah yang anak kedua serta membuka
huta di Banjar Malau , Bokkung bagian dari Nagari Simanindo .

Karena penulis berasal dari leluhur Oppu Mangondok Raja maka silsilah ini mengikuti garis tarombo penulis tersebut sedangkan leluhur lainnya akan dijelaskan pada bagian akhir.

3. OP. MANGONDOK RAJA MALAU (2.B) sekitar 1718 M
mempunyai duaputra yaitu ;
Ompu Tahibajo Malau (3.B.i) dan
Ompu Mangampin Malau (3.B.ii)

4. OMPU TAHIBAJO MALAU (3.B.i) sekitar tahun 1750 M
hanya mempunyai satu putra yaitu ;
Ompu Habiaran Malau. (4.B )

5. OMPU HABIARAN MALAU (4.B ) sekitar tahun 1782 M
mempunyai tiga putra yatu ;
Ompu Lansat Malau. (5.B.i)
Ompu Mangonggop Malau. (5.B.ii)
Ompu Hadjangan (5.B.iii)

6. OMPU LANSAT MALAU ( 5.B ) sekitar tahun 1808 M
mempunyai dua putra yaitu ;
Ompu Siatbagi Malau (6.B.i)
Am. Mintara Malau (6.b.ii ----- habis).

7. OMPU SIATBAGI MALAU (6.B.i) sekitar tahun 1838 M
mempunyai satu putra juga yaitu ;
Ompu Limbong Malau atau
Am. Darilan Malau (7.B )

8. OMPU LIMBONG MALAU ( 7.B ) sekitar tahun 1865 M
Atau Darilan Malau
Mempunyai satu putra yaitu ;
Ompu Djaparman Malau atau nama lainnya
Am. Limbong Malau (8.B )


9. OMPU DJAPARMAN MALAU ( 8.B) sekitar tahun 1898 M
Mempunyai mempunyai 15 anak yaitu
Ompu Faber Malau atau St. L.A Malau
atau Am.Djaparman (9.B )
Am.Ratni Malau, Gersom Malau, Guliman Malau,
Guliaman Malau,Djihon Malau, Djatimbun Malau.
Nai Lubrin / Hong Maria , Nai Rama / Ragusta,
Nai Karalam (parsidaji), Nai Sinton (pargalungan)
Laboni ( parSambu Baru, Nai Abel (parnainggolan)
Nai Rotua (partitipapan) , Nai Harto (si Hormi)


10. OMPU FABER MALAU ( 9.B) tahun 1925 M
mempunyai 7 anak yaitu ;
St. Djaparman Malau .Bsc (10.B.1)
Erwin Malau, SH.MH (10.B.2)
Wilman Malau, SH (10.B.3)

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sejauh ini marga Malau belum kelihatan menonjol dibandingkan dengan marga-marga batak lainnya secara umum. Hal ini tentu dapat menjadi spirit yang bernilai tinggi bagi generasi berikutnya agar kiranya dapat lebih menyempurnakannya dimasa yang akan datang dan turut mengambil bagian menjadi Silau Raja-Silau Raja yang baru yang bisa tampil bagi pembangunan manusia. Generasi yang bisa menjadi pemimpin bangsa yang manshur dan thahir.

Dari skema diatas maka bila ditarik perhitungan dengan anggapan untuk satu penerus itu telah diasumsikan berumur sekitar 20-30 tahun maka untuk silsilah penulis diatas dapat ditentukan rantai terputus atau leluhur yang belum dapat ditemukan namanya adalah :
antara leluhur dari anak Raja Malau II kepada Tabu-tabu Gumbang dan Raja Itulanna Malau tahun 1400 sampai dengan Ompu Tuan Sori Malau yaitu orang tua dari pada Raja Djailalo Malau yaitu kurun waktu dari tahun 1400 – sampai dengan tahun 1650/1686 maka akan dapat pula diperoleh lebih kurang sebanyak 250 tahun.

Hal ini setara dengan jumlah dari 4 - 6 tingkat leluhur atau ada empat sampai enam generasi yang harus dicari untuk dapat mengetahui para leluhur dari Si Raja Batak langsung sampai ke penulis.

Periode tahun 1400 s/d 1650 adalah tahun mulai runtuhnya Negara Samudera Aca Pasai dan masa dimulai masuknya imperialis Eropa ke bumi Sumatera khususnya VOC yang bertindak kejam kepada pribumi. Keadaan demikian membuat orang-orang pribumi takut menonjolkan diri karena takut dan segan menjadi sasaran musuh maupun target /tawanan dari VOC.

Dikalangan keturunan marga Malau sendiri masih terdapat kotroversi akan leluhur Silau Raja , terutama tentang istri dari pada Oppu Silau Raja tersebut. Kemudian tentang anaknya yang disebut Malau Raja , Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja mendapat beberapa tanggapan apakah termasuk Punguan Silau Raja atau keturunan si Raja Borbor.

Sebab terdapat juga keturunan dari Si Raja Borbor yang bermarga Damanik maupun bermarga Gurning, yang tentu akan menjadi Hahadoli atau abang dari Silau Raja. Tidaklah berfaedah untuk memperdebatkannya, karena itu setiap orang yang harus tahu sendiri orang tuanya dari leluhur mana, bahwa setiap orang itu yang menentukan dianya adalah masuk rumpun marga manakah dan dia bisa membuktikan , untuk itulah dia harus perlu mencarinya. Jika bertujuan untuk menyerang orang lain atau mengatakan pihak lain salah sementara dianya sendiri tidak bisa dan tidakpun tahu akan dirinya tentulah menjadi kekeliruan yang baru pula.

Sangat tidak tepat bila ada pihak manapun yang menganggap dirinya lebih akurat atau lebih Batak atau lebih baik dari marga Batak lainnya, ataupun secara fanatisme yang buta dalam mengungkapkan asal leluhurnya sebab senyatanya sejarah Batak masih sulit disempurnakan. Hanya orang – orang yang bijaksana saja yang menghargai sejarah dan lebih bijaksana lagi turut serta menyempurnakan sejarah dan bukan meninggalkan atau membuangnya begitu saja.

Tulisan dan silsilah ini sengaja disajikan agar dapat berguna bagi generasi berikutnya. Salam dan doa untuk seluruh kebaikan yang telah diperbuat Silau Raja, sang penyabar, sang penyayang yang budiman, parbahul-bahul nabolon , tidak melakukan dendam, lebih memilih untuk berkarya ditempat lain. Meninggalkan apa yang sepatutnya menjadi haknya , mencari penggantinya ditempat lain di negeri-negeri orang lain. Karena itu menjadikannya berkat yang sangat luar biasa dari Sang Pencipta.

Untuk Oppu Silau Raja mempunyai Prinsip Hidup yang diwariskan bagi keturunanya serta sangat tepat untuk selalu dijunjung oleh para keturunannya terutama para generasi-generasi muda yang ada saat ini. Prinsip tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat tinggi bahkan sesuatu nilai-nilai yang sangat pantas dibanggakan , karena Oppu Silau Raja sejak zaman dahulu dan telah berabad – abad mempunyai pemikiran yang sangat mulia dan pemimpin sejati yaitu sebagai berikut ;

OPPU SILAU RAJA
Raja natar barita anakni si Raja Batak Targoar ala
Raja yang terkenal, anak si Raja Batak karena memiliki sifat ;

Parjaba-jaba dibibirna , Bijaksana ucapannya
Na so tanggam mida bohi , Tidak surut menghadapi siapapun
Jala na so maila mida rupa , Tidak pilih kasih
Parlak-lak di tolonan na , Tutur katanya sesuai aturan dan masalahnya
Par hatian na so ra monggal , Membela mati-matian suatu keadilan
Par inggala si bola tali , Mengayomi sampai keujung masalah
Sijaga pijulu sijaga pintu jae , Melindungi dari semua aspek
Tarida urat ditambor-tambori , Memperkecil setiap permasalahan
Masuak dakka di sihor-sihori , Yang tertindas ditolong
Malos bulung taruan aek , Tidak pamrih


Dalam kesempatan ini penulis mengajak pula kepada para generasi berikut dari Silau Raja, agar mana perlu untuk selalu mengenang Silau Raja khususnya perbuatan baik yang pernah dilakukannya. Untuk itu ada dapat kita kenang dalam nyanyian sebagai berikut :

OPPU SILAU RAJA
Wilm M Pase

NA UJU I DI SIANJUR MULA MULA
ADONG MA SAHALAK ANAK NI RAJA
NAMARGOAR SILAU RAJA

IBANAMA SIAMPUDAN NI RAJA
NA IKKON RUAR SIAN HUTA
ALA PAMBAHENAN NI PARROHA ROHA

TOMBAK NANG RURA DALANANNA
DOLOK NANG TAO BOLUSONNA
MAMBOAN NASA NA LUNGUN DIBAGAS ROHA


Reff :

DITANO BATAK OPAT MA ANAKHONNA
MALAU RAJA MANIK RAJA AMBARITA RAJA
SIAMPUDANNA MAI GURNING RAJA
AKKA NA BURJU MARDONGAN SABUTUHA

ALAI ANGGO OPPUI SILAU RAJA
NDANG SO I BAHENON NI PARJALANGANNA
LUAT IRISANNA MAI SIDAPOT HONONNA
GABE HUTA NANG HARAJAONNA

DISALUHUT DESA NAWALU TOROP DO PINOPPARNA
AKKA NABURJU MANGULA JALAGOK DORBIANNA
SILAU RAJA MAI DIBAHEN GABE TANDA PARSAORANNA
ANAK NI RAJA SIANJUR MULAMULA

Senin, 09 Agustus 2010

AnAk SiAn TaR - SIPINGGOL-PINGGOL








Salah satu kelurahan/kampung yang ada di kota pematang siantar disebut dengan nama sipinggol-pinggol , berada digeografis siantar barat. Tak banyak orang yang tahu kenapa daerah ini disebut dengan kampung sipinggol-pinggol. Yang jelas aku ini lahir disana sehingga pada masa kecil sangat memperhatikan bentuk dan seluk beluk kampung ini, soalnya dimasa kecil hampir semua sudut kampung ini menjadi tempat bermain dengan teman sebaya yang ada.
Sipinggol-pinggol sekarang ini kusebut dengan istilah " ear-land " , hal ini mengingatkan aku dengan teman kecilku yang bernama "ERLAN" mungkin dulunya orangtua temanku ini memberi nama tersebut sebagai arti sipinggol-pinggol juga , Ear(English):telinga , Pinggol(Batak)= telinga/kuping ---- Earland = kampung Sipinggol-pinggol.
Namun yang jelas jika diperhatikan dari bentuk geografis dari kampung/kelurahan "sipinggol-pinggol" tersebut maka nama itu diberikan karena bentuk geografisnya yang memang berbentuk seperti telinga - kuping - pinggol (bhs.Batak).
Mulai dari Jembatan Merah diujung jalan Rajawali (dulu Jl.sipiso-piso)membelok kearah timur maka terdapat jalan enggang yang bentuk jalannya meliuk seiring dan mengikuti sisi tepi sungai bah bolon hingga dijung jalan kasuari (dulu jalan sinabung), sedangkan disebelah barat dibatasi jalan bangau dan jalan balam terus sampai mentok di sungai bah kuok atau sungai bantal. Jalan kasuari atau dulunya disebut jalan sinabung adalah batas geografis disebelah utara dan seiring bentuknya dengan sungai bah kuok/sungai bantal dan ujung jalan kasuari bertemu dengan jalan enggang sedangkan sungai bah kuok bertemu dengan sungai bah bolon.
Dari kampung ini banyak anak perantau yang sudah berhasil dikota perantauannya dengan berbagai macam profesi mereka dan kesuksesan yang diraih , akan tetapi banyak juga orang yang tidak tahu kenapa kampung ini disebut dengan nama si-pinggol-pinggol dan pada masa penjajahan Belanda kampung ini juga yang dijadikan tempat tinggal/pos penjagaan para mandor/meneer Belanda.
Sekedar tahu dan mengenang kampung sipinggol-pinggol.......................HORAS.

Jumat, 06 Agustus 2010

SMA YP HKBP Pematang Siantar ...kenangan ??!!






Pulang ke kampung halaman tentu membuat kita teringat masa-masa yang pernah kita lalui disana...tidak terkecuali dengan kepulanganku ke siantar kali ini, satu persatu kenangan itu datang ke pikiran , ya...seiring dengan jalan-jalan kota siantar yang kulalui menuju hingga sampai kerumah. Lebih terasa lagi saat melewati jalan gereja , disana ada SMA tempat aku bersekolah dulu..... dan masih bisa kubayangkan wajah teman-temanku yang dulunya ada disana.
Teringat dengan seragam sekolahnya yang berbeda dengan SMA lainnya... dulu seragam SMA rata-rata berwarna putih-putih atau seragam putih abu-abu tapi kalau di SMA ini hanya putih hijau...tak tahulah hijau apa ini.
Dua sahabat kentalku yang sangat mudah mengingatnya kembali, nama AN dan satu lagi RNS teman yang konyol , lugu dan norak juga tapi kalau soal otak jangan tanyalah masih selalu bisa dirangking satu digit.Dengan guru-gurunya.. ya, sangat dikenal disiplin bahkan jadi cenderung killer , itu istilahnya dulu. Bagaimana tidak kalaulah ada siswa yang tidak mengerjakan PR maka ada guru yang menghukum dengan mencubit... alamaaahk.. mencubitnya diputer (dipilos istilahnya) ada juga guru yang tidak sungkan memukul dengan mistar panjang dari kayu atau dengan penghapus papan tulis... ngak tanggung2 menghukumnya... kalau ada murid yang tertangkap basah merokok yach sudahlah dihukumnya dengan rokok itu sendiri juga dan banyak lagi hukuman yang lain,lebih-lebih lagi kalau mata pelajaran seni suara maka murid harus bisa baca not balok sekaligus menyanyikannya, lagu yang dipilih dari buku ende.... begitu cara yang ada pada masa itu dan sekarang semua itu betul-betul menjadi kenangan manis apalagi SMA- ku ini ternyata sekarang sudah tutup.
Pertanyaannya kanapa ya..??? kalau soal mutu dan murid yang dihasilkannya sangatlah banyak yang berhasil, pada masa aku lulus dari sana banyak juga murid yang mampu bersaing melanjut masuk ke perguruan tinggi negeri.. lalu kenapa SMA-ku ini jadi tutup begini ya..?
Dikota tempatku bekerja sekarang ini,.... melalui jejaring sosial dan internet aku mencoba mencari teman dekatku yakni AN dan RNS dan ternyata jejak mereka bisa juga kutemui karena ternyata AN sekarang baru menyelesaikan S2 bidang kimia dari USU sedangkan RNS setelah menyelesaikan study dari Jogja kini menjadi bagian manajemen di sebuah industri kimia.
Saat begini aku jadi teringat masa SMA dulu kedua temanku ini bukanlah orang yang juga getol dengan pelajaran kimia apalagi mengingat guru kimia kami yang dulu... mungkin jadi kita tidak sempurna menerima pelajaran itu... soalnya yang lebih diingat mungkin hukumannya saja kalau kita salah atau tidak kerjakan PR... saking tegas dan disiplinnya ini guru maka ibu guru ini singkatan namanya SL maka sering diplesetkan menjadi singa lapar.
Bisa jadi juga dengan disiplin dan ketegasan dari sang guru yang demikian membuat murid lebih merekam mata pelajaran atau membuat mata pelajaran itu sebagai mata pelajaran prioritas... dan apapun itu ternyata sekarang ini dua teman kentalku tersebut telah memilih mata pelajaran itu sebagai ilmu dasar dalam profesi yang ditekuninya....hanya sayang SMA kami sudah menjadi kenangan.
Saya tutup tulisan ini dengan pesan ; "aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain... karena itu biarlah perkataanmu sedikit , sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan demikian pula percakapan bodoh , disebabkan oleh banyak perkataan.
Sukses selalu buat teman-teman SMA-ku dan terberkati kiranya.

Jumat, 23 Juli 2010

Anak Siantar - Memory YG terGanJal

































MemoRY yg TeRganJal

Lima tahun yang lalu disaat tiba liburan sekolah, tentulah hal itu memberikan kesempatan yang banyak untuk bisa bersama dengan anak-anak. Atas rembukan dengan isteri dan anak-anakku , kami memilih untuk mengunjungi orangtuaku di kampung sebagai liburan keluarga. Mereka sangat senang dan aku merasa manfaatnya lebih nyata karena dengan demikian anak-anakku akan melihat langsung kehidupan dan adat istiadat yang ada pada kami. Dengan melihat secara langsung tentu akan mempermudah dalam menjelaskan dan akan mudah pula untuk mengerti bahkan menerimanya sebagai sesuatu yang wajib dimilikinya. Liburan keluarga kali ini terasa istimewa ditambah lagi sanak saudara yang turut senang atas terbayarnya kerinduan yang ada selama ini.


Sore itu diberanda teras rumah ayah, kami berdua duduk bersantai sambil menikmati secangkir kopi ditambah pula dengan sepiring singkong rebus yang masih hangat. Uapnya kelihatan jelas dipermainkan angin yang berhembus sepoi dipagi yang masih terasa dingin saat itu.

Bagaimana pekerjaanmu, kata ayah menyapaku dipagi itu.
Lancar , kataku. Bulan depan ini rencananya ada perluasan pabrik, karena saya melihat ada pasar yang baik di kain cetak , aku pikir itu sangat baik diambil agar produksi kita lebih komplit, kataku lagi lebih menjelaskan.
Bagus juga itu...kata ayah datar. Saya ini hanya ingin memberimu pandangan bagaimana menjaga uang,.. lanjut ayah dan aku diam saja mendengarkan.

Uang adalah sesuatu yang sangat pribadi dan pertahankanlah cara pandang seperti ini. Bila dikelola dengan baik maka ia bisa memberikan suka cita lebih besar dalam hidup sebab uang membuat kita bisa melihat dunia ini , melihat dan memiliki hal-hal yang indah dan baik yang dibuat di dunia ini.

Ada beberapa hukum utama yang harus kau ingat baik-baik dalam hal kau menggunakan uang dalam usahamu. Uang serupiah itu ibarat benih, bila ditanam dengan baik dan atas ridho Tuhan maka ia akan tumbuh dan tahun berikutnya kau bisa memanen dua kalinya. Untuk mengumpulkan uang seperti yang ada padamu sekarang dibutuhkan perjalanan yang sangat panjang dan kesukarannya berbeda-beda. Mengumpulkan uang dari nol menjadi seratus ribu rupiah jauh lebih sukar dari pada mengumpulkan mulai dari seratus ribu hingga mencapai sejuta rupiah.

Sama seperti benih, uangpun bertumbuh didalam usaha. Jadi jika kau tak punya uang siapa yang mau perduli dengan usahamu atau proposalmu dan sangat jauh berbeda dengan halnya jika kau punya uang seratus ribu maka orang lain relatif lebih mudah untuk memberi padamu bantuan atau kredit usaha dan dengan begitu usahamu bisa berjalan. Membuat uang membutuhkan suatu proses yang lama tapi untuk menghabiskannya mudah dan cepat sekali.

Anakku...jika kau telah menemukan jalan yang tepat untuk membuat uang serupiah jangan langsung merasa yakin atas keberhasilanmu itu dan kau kemudian mengganti cara atau lahan mencari uang. Jalan menuju keberhasilan itu tidaklah banyak dan saling terpisah jauh, begitu kau menemukan suatu jalan yang baik maka pertahankanlah tetap disitu.

Banyak orang yang begitu berhasil membuat uang di suatu bisnis langsung merasa dirinya jenius dan bangga kemudian memasuki bisnis lain yang kadang –kadang sangat baru dan berbeda. Akhirnya sering pula terjadi uang yang diperolehnya dari bisnis yang pertama hilang hanya karena rasa bosan pada bisnis yang pertama dan semangat menyala-nyala pada bisnis lainnya.

Anakku... tujuan penggunaan uang kita ada dua , diinvestasikan kedalam bisnis dan diupayakan agar kembali dan berkembang atau kita belanjakan demi kesenangan. Kesenangan itu bisa dalam wujud perhiasan atau perabotan yang indah yang nanti bisa kau pandangi selama bertahun-tahun atau dalam wujud kenangan atas saat indah yang telah berlalu. Penggunaan yang tidak benar dan membuatku terganggu bila uang itu kau belanjakan dengan maksud membuat orang terkesan.

Kesan pertama itu memang penting dan tentu lebih baik menjamu seorang pelanggan baru di restoran yang agak bergengsi. Tapi kalau sipelanggan sudah bisa terkesan dan telah mengunjungi pabrik sementara kau telah menjamunya makan siang seharga seratus ribu maka kau sudah harus bisa mendiskusikan bisnis secara mendalam dengannya. Kau tidak bisa lagi sekedar berbincang- bincang saja dan setiap kali nantinya hanya menguras kantongmu.

Kemudian ada satu hal yang perlu diperhatikan saat kau menanamkan kesan kepada pelanggan bahwa kau adalah orang royal maka besar kemungkinan kau akan membuat mereka lari. Bagaimanapun dalam benak mereka pasti ada pemikiran bahwa yang kau belanjakan itu adalah keuntungan yang kau peroleh dari bisnis yang mereka belanjakan padamu. Jika perlakuanmu terhadap mereka begitu mewah dan mahal maka merekapun pasti berpikir bahwa mungkin kau telah memasang harga yang terlalu tinggi selama ini. Dalam waktu yang tidak berapa lama mereka pasti akan mengamat-amati hal-hal yang baik yang dimiliki oleh perusahaan saingan kita dan mulailah kau mengalami kesulitan untuk menahan mereka tetap bersamamu.

Untuk kelihatan berkecukupan memang penting tapi jangan keterlaluan atau bertindak seperti orang bodoh, berapa besarpun uang yang kita peroleh jika kita membelanjakannya dengan sembarangan kita akan dianggap orang tolol dan menjadi orang yang didalam bisnis dihindari oleh siapapun. Pernakah kau mendengar peribahasa yang mengatakan ’orang tolol akan segera berpisah dari uangnya’,...itu suatu fakta nyata adanya.

Anakku...apa maksud saya mengatakan ini semua ? Yang ingin saya katakan adalah mempunyai banyak uang itu adalah sesuatu yang pelik ,karena bisa membuatmu dikelilingi oleh teman-teman palsu dan yang akan memabukkanmu dengan segala pujian. Kau perlu waspada dan hati-hatilah terhadap teman-teman dan orang yang memberikan hadiah palsu atau pujian kosong.

Rasa tertarik terhadap seorang yang memiliki uang atau keinginan untuk menjalin persahabatan dengan orang yang memiliki uang adalah watak sebagian besar manusia. Hal ini tentu karena seolah-olah bisa memberikan suatu rasa aman atau ingin menjadi kelompok elite yang kaya. Ada yang datang dengan niat baik dan ada pula dengan niat buruk.

Kau perlu berhati-hati terhadap mereka yang begitu ingin berteman denganmu hanya karena uang yang kau miliki , sedangkan yang sengaja dengan jujur dan tulus ingin berteman denganmu jangan pula kau abaikan. Hal itu bisa juga menjadi salah pengertian yang membuat saling menjaga jarak dan hanya melihatmu dari kejauhan dan sungkan pula untuk saling mengundang.

Perlu kau ingat bahwa salah satu cara yang paling cepat merusak persahabatan ialah bila temanmu datang meminjam uang padamu dan kau langsung memenuhinya. Lebih baik bila kaulah yang lebih dahulu menyadari kesulitan keuangan mereka dan menawarkan pinjaman. Orang-orang seperti yang terakhir inilah biasanya yang dengan senang hati mengembalikan uang yang dipinjamnya dan tetap menjadi temanmu.

Teman-teman yang datang meminjam padamu dan tak berhasil memang akan memutuskan persahabatan denganmu , tak mengapalah.. mereka bisa pergi ke bank...mungkin kau merasa bahwa cara memilih sahabat seperti ini agak aneh.. tapi memang begitulah dan ini sudah terjadi sejak zaman dahulu.

Anakku.... orang yang pandai bisa menjadi kaya tapi banyak orang yang setelah kaya lalu menjadi bodoh , itulah sebabnya mengapa kau banyak melihat orang yang dahulunya kaya tapi kini telah kehilangan segala-galanya. Hal itu karena kesalahan dalam melakukan investasi atau karena membelanjakan semua uangnya tanpa memikirkan hari esok.
Eh,.minum lagi kopimu, kata ayah sambil mengangkat cangkir kopinya minum.
Singkongnya enak, legit rasanya...kataku sembari menyodorkan pada ayah.
Jadi anakku....kata ayah melanjutkan..... uang yang banyak itu pastilah dari hasil kerja keras yang banyak juga...., kita harus mempergunakannya dengan akal sehat dan untuk kebaikan , kenikmatan dan kenangan-kenangan indah. Kurasa setiap kali kau hendak membelanjakan uangmu didalam darahmu ada naluri untuk berpikir. Aku hanya terdiam duduk mendengarkan Ayah...!! Tapi ayah kelihatannya masih bersemangat untuk bicara terus, saya geser sedikit kursi tempatku duduk agar lebih dekat pada ayah.

Saya pernah dengar sebuah kotbah tentang dunia fabel dimana seorang pemburu yang sudah menemukan sasarannya se-ekor beruang besar. Disaat pertemuan itu terjadi si pemburu sudah siap dengan senapan laras panjangnya hendak menembak siberuang, ya... kalau senapan itu sampai meletus pastilah mengenai siberuang dan mati. Akan tetapi disaat si pemburu yang sudah sudah mengarahkan senapannya dan tinggal menarik pelatuknya , beruang tersebut berkata kepada si pemburu ;
Sabar...sabar dulu tuan pemburu mari kita bicarakan saja dulu,..apa yang tuan perlukan dari saya,....kata beruang.
Saya memerlukan kulit beruang untuk saya pakai,.kata sipemburu.
Oh.oo tidak masalah , kata siberuang. Silakan Tuan pemburu mengambil kulit saya, asalkan tuan juga memenuhi perminataan saya ,..kata siberuang.
Apa permintaanmu..kata sipemburu.
Saya memerlukan makanan untuk mengisi perut saya ini, .kata siberuang.
Akhirnya terjadilah kompromi diantara mereka,... karena kemudian tampaklah dari balik pohon beruang itu berjalan dengan perut buncit sayang sudah tidak ada lagi kulitnya dan perutnya yang gembul ternyata sudah berisikan sipemburu komplit dengan mengenakan kulit siberuang.

Anakku...apa yang perlu dicari tahu dari cerita demikian,..kita tidak perlu kompromi dengan yang buruk atau dengan kejahatan karena kita akan masuk lingkaran perangkapnya dan berada sebagai korbannya. Lebih baik menghindar dari hal-hal yang buruk dan menjauhi kejahatan. Aku hanya terdiam lagi.!!

Jumat, 04 Juni 2010

Anak Siantar - Asal Usul Kota Siantar




Asal-Usul Kota Siantar

Nama Pematang Siantar merupakan perpaduan dari dua kata yaitu kata pematang dan siantar. Kedua kata ini tidak pula dapat dipastikan berasal kata dari bahasa batak sekarang tetapi lebih jauh berasal dari kata melayu kuno yang sudah diadopsi dalam kosa kata sehari-hari dalam bahasa batak pesisir khususnya di daerah Simalungun.

Diabad 20 sekarang , bila ada orang mengatakan kata ‘siantar’ maka akan terkenang atau mengingatkannya pada suatu kota yang terkenal keras dan premanis dan banyak jawaranya. Padahal dari kota siantar ini sangat banyak menghasilkan manusia-manusia yang berhasil bahkan sudahpun ada yang sampai menjadi pemimpin Negara tercinta ini.

Masyarakat di Pematang Siantar memang mempunyai heterogen yang sangat banyak, berbagai suku, agama dan budaya ada terdapat disana. Hal ini yang pada masa lalu membuat masing-masing masyarakat yang ada dalam mempertahankan identitas dirinya masing-masing terutama disaat adanya interaksi dapat menimbulkan perselisihan yang tajam.

Keadaan demikian tentu tidak menghidarkan masyarakat tersebut untuk saling curiga dan mudah tersinggung bahkan terjadi perkelahian. Dalam mencari rezeki dipusat kota atau dipasar , hal itupun akan menjadi sesuatu yang laten untuk saling melindungi golongannya. Syukurlah dari pembangunan yang dilakukan pemerintah telah memberikan kesadaran akan perlunya saling toleransi dan saling menghormati disemua aspek membuat hal-hal yang jelek ada dahulunya sudah mulai terkikis.

Masyarakat Pematang Siantar sudah sibuk membangun dirinya masing-masing terutama adanya patron yang ditiru dari putra-putri asal Pematang Siantar yang telah berhasil dibidang pendidikannya maupun karir. Masyarakat disana sangat suka dan berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya sampai setingi-tingginya.

Disaat sekarang ini dikota Pematang Siantar yaitu kota yang terletak di Sumatera Utara, dan menjadi kota kedua terbesar setelah kota Medan memiliki masyarakat yang terdiri dari beragam suku, agama tetapi masyarakatnya telah mampu untuk tetap solid dan saling menghargai.

Tak banyak orang tahu asal muasal nama daerah ini, apalagi generasi muda sekarang (tahun 2006) sudah tidak tertarik mempelajari lebih jauh tentang budaya. Hanya segelintir orang, sesepuh atau budayawan atau pelaku sejarah saja yang tertarik mempelajari sejarah wisata daerah ini.

Nama asli Kota Siantar disebut Siattar dan masih terkait dengan kerajaan di Simalungun yaitu yang dikenal orang dengan Raja Jumorlang dan Datu Bolon.
Nama Pematang Siantar tersebut diawali dari cerita kedua tokoh ini, yang mana keduanya memiliki kesaktian mandraguna dan saling mengadu kesaktiannya.

Disuatu hari kedua tokoh ini mengadakan pertandingan kesaktian dan bagi pemenangnya akan mendapatkan “hadiah” yaitu berbentuk tanah atau wilayah dan harta benda serta istri orang yang telah dikalahkan.
Adu tanding kesaktian dikala itu sudah biasa dilakukan, namun pertandingan antara Raja Jumorlang dengan Datu Bolon dinilai sangat luar biasa karena kesaktian mereka sangat tersohor, sehingga masyarakat jadi penasaran dan ingin segerah tahu siapa yang menjadi pemenangnya. Adu kesaktianpun berlangsung di Bukit Parbijaan di Pulau Holong.

Tak diduga dalam adu kesaktian itu dimenangkan oleh Datu Bolon, sedangkan Raja Jumorlang kalah, tetapi secara kesatria , kedudukan Raja Jumorlang berpindah kepada Datu Bolon. Begitu hebatnya ilmu yang dimiliki Datu Bolon, setelah memenangkan pertandingan itu , diapun merubah namanya menjadi Raja Namartuah.

Raja Namartuah atau Datu Bolon akhirnya mengawini bekas permaisuri dari Raja Jumorlang dan posisinya tetap sebagai permaisuri (Puanbolon). Dari keturunan ini kelak akan menjadi penerus kerajaan Siattar, sedangkan anak dari Raja Jumorlang oleh Raja Namartuah dijadikan anak tiri.

Asal mula nama Siattar itu berasal dari nama sebidang tanah di “attaran” pada Pulau Holong. Dalam bahasa Simalungun “attar” ditambah akhiran an artinya kata unjuk untuk sebuah wilayah (areal tanah). Lama kelamaan akhiran an ini berubah menjadi awalan “si”.

Sementara awalan “si” dalam bahasa Simalungun dipakai untuk sebuah kata tempat dan benda. Setelah digabung, akhirnya kata-kata itu menjadi nama sebuah perkampungan . Lama kelamaan daerah ini makin padat penduduknya dan warga pendatang juga terus bertambah.

Sedangkan kata Pematang berasal dan berartikan parhutaan atau perkampungan. Dulu Raja yang berkuasa di Siattar tinggal di Rumah Bolon atau Huta dan dari keadaan demikian inilah muncul ide tempat tinggal raja disebut pematang. Sehingga jika digabungkan nama itu menjadi Pematang Siantar artinya Istana Raja Siattar.

Sebelum mengalahkan Raja Jumorlang, Datu Bolon atau Raja Namartuah dikala itu sudah memiliki daerah kekuasaan yakni kerajaan SIPOLHA, lama kelamaan kerajaan itu digabungkan ke dalam suatu pusat pemerintahan di Siattar. Uniknya, dalam adat Simalungun, partuanon Sipolha berkedudukan sebagai tuan Kaha dan mempunyai hak menobatkan Raja Siattar.

Pertanyaannya mengapa partuanon sipolha justru bertindak menjadi tuan ‘ kaha’ dari pada Raja Siantar ?
Bila kita pergi ke Sipolha , maka disana akan terdapat suatu Huta bernama Huta Mula dan tempat tersebut didiami oleh Raja Malau. Generasi Malau Raja yang merantau ke Sipolha kemudian membangun daerah kekuasaanya disana dan tak bisa dipungkiri bahwa keturunan Malau Raja tersebut datang bersama-sama dengan keturunan dari Silau Raja lainnya yaitu Manik Raja, Ambarita Raja maupun Gurning Raja.

Malau Raja sebagai anak tertua dari keturunan Silau Raja harus bertindak sebagai kakak tertua bagi adik-adiknya yang lain dan tak terkecuali untuk wilayah Sipolha tersebut. Di Sipolha khususnya di Huta Mula maka yang menjadi penguasa kerajaan adalah bermarga Malau.
Oleh sebab itu, didalam Kerajaan Siattar akhirnya dibagi dalam lima (5) partuanon dan satu parbapaan yaitu ;
1. partuanon Nagahuta.
2. partuanon Sipolha.
3. partuanon Marihat.
4. partuanon Sidamanik.
5. partuanon Bandar Tungkat.

Sedangkan untuk parbapaan khusus satu yaitu parbapaan Dolok Malela dan Tuan Bangun. Pembagian wilayah ini sampai sekarang masih dipertahankan dan berlaku khususnya dalam budaya.
(SUMUT NEWS- Edisi 20)

Kamis, 03 Juni 2010

EmPat NiLAi UniVeRsal








SUHI NI AMPANG

Nilai-nilai yang terkandung dalam pengertian empat sudut bakul dimaksud adalah nilai-nilai luhur yang secara potensial ada dalam hati manusia. Nilai-nilai yang telah tumbuh tertanam dalam setiap hati manusia sejak dahulu kala dan telah berabad - abad dapat dipedomani manusia Batak. Nilai-nilai itu pula yang terkandung dalam ajaran atau dogma /theologi agama dan karena nilai-nilai itu berlaku universal maka menjadi suatu nilai-nilai yang berlaku abadi.

Bahwa setiap hati manusia harus mempunyai Kasih, Damai, Harapan dan Sukacita, ke-empat nilai ini harus sekaligus ada pada setiap hati manusia agar manusia itu bisa menjadi manusia yang baik. Ke-empat nilai itu tidak boleh berkurang satupun karena dengan demikian maka manusia itu telah menjadi sesuatu yang tidak baik. Ke-empat titik sudut tersebut harus seimbang letaknya dan jaraknya serta besarannya agar bakul tersebut dapat berdiri dengan baik. Sejak seorang manusia dilahirkan sampai ia mati dalam lingkup budaya Batak maka peranan ke-empat sudut bakul dimaksud masih bisa terlihat dengan jelas diperlukan.

Dalam agama mengenai ke-empat sudut dimaksud jelas ada diajarkan walaupun masing-masing agama mempunyai cara yang berbeda dalam penyapaiannya sedangkan dalam agama Kristen yang jelas mendahulukan kasih diatas segala-galanya. Dalam adat batak maka setiap ritual perkawinan adat batak maka hal ini mutlak dijunjung. Pelaksanaannya jelas terlihat saat melakukan acara “ marsubuah-buahi yaitu pada saat pihak laki-laki datang ketempat pihak wanita sebelum melaksanakan acara pemberkatan di Gereja .

Pada saat itu dari pihak laki-laki akan datang dengan membawa “ampang“ atau bakul yang pada hakekatnya berisi dan harus dimaknai sebagai bawaan yang berisikan :

  1. Kasih / Holong
  2. Damai / Dame
  3. Suka Cita / Lasniroha
  4. Harapan / Harapan

Dalam mythos dan keindahan sprituil budaya Batak senyatanya telah memiliki dan mengartikan ke-empat nilai universal diatas dalam acara “marsibuah-buahi” tersebut sebagai berikut ;

Kasih yang dilambangkan oleh nasi putih yang hangat dan enak/indahan na las.

Damai dilambangkan oleh dedaunan yang terangkai / bulung ni jajabi - (bulung ni pisang ).

Suka Cita dilambangkan pada ulos sebagai hasil karya manusia/ pertenunan.

Harapan yang dilambangkan dalam lauk-pauk yang diatur sedemikian rupa.

Mungkin masyarakat Batak sekarang lebih melihat Ampang/bakul maupun isinya, hanya dimaksud sebagai sesuatu fisik saja dan hanya mengutamakan para pemeran dari pada Suhi ni Ampang atau hanya memikirkan pihak yang menjadi pemeran keempat sudut bakul itu saja sedangkan hakekat dan nilai-nilai yang termuat dalam ampang/bakul dimaksud sudah kurang diperhatikan. Memang ada juga benarnya yang mengartikan acara marsibuah-buahi tersebut sekaligus untuk acara serapan pagi bersama sebelum acara adat/unjuk yang akan seharian akan dilangsungkan. Senyatanya setiap ada perkawinan, sudah lebih cenderung membicarakan tugas dan peranan masing-masing institusi/pranata suhi ni ampang/bakul dimaksud tanpa lagi mengingat muatan / hakekatnya. Secara umum masyarakat mengetahui bahwa bakul/ampang adalah sesuatu alat /perkakas untuk membawa sesuatu yang pada umumnya berguna dan baik bagi manusia itu. Karena itulah maka benda itu dipilih sebagai tempat untuk membawakan kasih, damai, suka cita dan harapan dimaksud.

Ampang / bakul tersebut harus pula dijujung oleh pihak kerabat boru atau garis dari kaum perempuannya atau “ namboru ” . Pemilihan demikian bukan tidak ada artinya justru sangatlah tinggi, arti kenapa garis namboru tersebut yang mutlak sebagai penjunjung bakul tersebut . Hal ini jelas melambangkan pihak laki-laki yang akan dikawinkan tersebut masih memiliki unsur kasih, damai, sukacita dan harapan yang masih utuh.

Untuk seorang pria Batak mendapatkan kharisma maupun harga diri yang baik ditengah-tengah komunitas adatnya hanyalah karena dukungan dari kaum borunya. Sementara itu hanya kaum borunya itulah yang membuatnya bisa berharga secara kacamata adat . Jika pihak borunya/namborunya tadi yang ditugasi menjunjung ampang /bakul dimaksud , hal itu untuk memberi arti atau pertanda bahwa pihak laki-laki yang akan dikawinkan ini masih mempunyai nilai-nilai adat yang luhur dan masih baik serta tidak cacat adat. Sehingga masih pantas sipihak namboru menjunjung itu/ menjunjung kehormatan tersebut untuk dibawa dan dipertunjukkan kepada pihak perempuan yang akan dikawini.

Suhi ni ampang na opat/ empat sudut bakul yang sama, dengan tegas ada diatur dan berada pada pihak siwanita / hula-hula sebagai pranata sekaligus saksi perkawinan adat yang diselenggarakan. Para saksi atau pranata tersebut atau lembaga adat yang bertindak sebagai pihak yang menyerahkan per-empuan atau pihak pemberi berkat atau disebut sebagai tutup ni ampang dan dikenal dengan istilah ;

  1. Sijalo Bara yaitu saksi perkawinan yang sekaligus juga berhak menerima upah saksi dan hal itu diperankan oleh abang atau adik dari Ayah pengantin perempuan.
  2. Simolohon yaitu saksi perkawinan yang berhak menerima upah saksi dan diperankan oleh saudara laki-laki pengantin perempuan yang sudah berkeluarga.
  3. Pariban yaitu saksi perkawinan yang juga berhak atas upah saksi dan diperankan oleh kakak dari penganten perempuan yang sudah berkeluarga .
  4. Tulang yaitu saksi perkawinan yang berhak atas upah saksi dan diperankan oleh saudara laki-laki dari Ibu penganten perempuan.

Sementara itu didalam pihak laki-laki yang akan dinikahkan tersebut terdapat pula suhi ni ampang na opat / empat sudut bakul yang sama sebagaimana pranata yang merupakan saksi-saksi perkawinan atau pranata atau lembaga adat yang bertindak sebagai pihak penerima per-empuan sekaligus pihak penerima berkat dan disebut sebagai berikut ;

  1. Pansamot yaitu orang tua pihak laki-laki dan berhak untuk menerima atas ulos pansamot.
  2. Pamarai yaitu abang atau adik dari ayah silaki-laki yang menikah dan berhak untuk menerima atas ulos pamarai.
  3. Simandokkon yaitu abang dari laki-laki yang dinikahkan dan berhak untuk menerima atas ulos simandokkon.
  4. Si-hutti Ampang ( dialap jual) atau istilah Ulos ni Ibotona (taruhon jual) yaitu kakak perempuan atau “ito” ataupun “namboru” dari silaki-laki yang menikah dan berhak menerima ulos si- Hutti Ampang .

Ke-empat pihak diatas baik yang ada dipihak perempuan maupun yang ada dipihak laki-laki yang akan menikah tersebut , jelas-jelas menjadi saksi perkawinan dan bertanggung-jawab secara moriil kepada perkawinan yang dipersaksikannya. Dalam perkawinan itu mau tidak mau , telah membuat mereka turut untuk menjaga keutuhannya serta menjadi bagian yang harus turut campur lebih dahulu jika perkawinan itu kelak ada mendapat permasalahan.

Dalam arti yang benar “marsibuah-buahi” adalah suatu lembaga pranikah dalam perkawinan adat batak. Lembaga pranikah yang mana harus dijalankan sebagai sarana saling mengenal secara berhadapan langsung antara pihak laki-laki dan kerabatnya maupun pihak perempuan bersama kerabatnya.

Jika dalam pranikah tersebut masih ada yang kurang maka acara adat selanjutnya yaitu pesta unjuk belum bisa dilanjutkan. Pemaksaan untuk melanjutkan acara selanjutnya tentu akan berakibat fatal sebab dalam acara pesta unjuk yang akan berperan adalah lembaga bius/pranata social dari seluruh masyarakat adat yang ada dan kekurangan tadi akan dikontrol oleh lembaga bius dimaksud dan dapat berujung pada hukuman atau dipermalukan oleh lembaga bius tersebut.

Sangatlah tepat jika seorang pria dengan seorang wanita yang akan menikah secara budaya adat batak, terlebih dahulu diperkenalkan kepada pranata yang diatur oleh suhi ni ampang naopat . Dengan demikian mereka yang akan menikah tersebut sudah mengenal dengan baik/familiar terhadap saksi-saksi perkawinannya dan mempunyai relasi komunikasi maupun emosional yang sudah terbina. Sayang perkawinan dikalangan orang batak saat ini menjadi terfokus hanya untuk mengikuti syarat protokoler dan formil praktis saja atau hanya mengurusi pemeran pranata suhi ni ampang saja tidak lagi hakekat yang terkandung dalam suhi ni ampang tersebut.

Suatu perkawinan dikalangan masyarakat Batak harus sekaligus meliputi perkawinan menurut hukum agama, hukum positif dan hukum adat dan untuk memenuhi ketiga unsur hukum tersebut sudah terasa bertele-tele,apalagi dilakukan dalam kurun waktu sehari penuh pada hari pelaksanaannya. Dahulu tentu hanya perkawinan adat saja yang dijalankan namun dalam kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini mau tidak mau perkawinan tersebut harus sekaligus disahkan oleh agama , pemerintah dan adat.

Akibat adanya hubungan perkawinan adat maka menimbulkan hubungan pranata-pranata yang baru yaitu ;

Hula-hula sebagai sebutan bagi pranata yang menyerahkan siperempuan.

Boru sebagai sebutan bagi pihak penerima siperempuan.

Dongan Sabutuha sebutan bagi pranata yang semarga/marga yang sama .

Didalam perkembangan rumah tangga dari pria dan perempuan yang baru menikah tersebut selanjutnya dan terutama setelah mempunyai keturunan/anak akan muncul sebutan baru dari anaknya yaitu ;

Oppung artinya orang agung, yakni sebutan cucu kepada kakek neneknya.

Tulang sebutan untuk paman artinya pihak yang telah menyerahkan tulang rusuk bagi pria yang menikah karena si pria yang menikah telah mendapatkan pengganti tulang rusuknya yaitu istri yang dinikahinya tersebut.

Amangboru/Namboru artinya sebutan dari garis perempuan pada kaumnya sendiri yang sudah cukup mampu untuk dituakan, semisalnya telah menikah ataupun cukup dewasa.

Problema - problema social yang ada pada masyarakat batak modern sekarang , yang seakan-akan tidak lagi bersesuaian dengan adat istiadat tidaklah pula mutlak benar. Dalam hukum agama jelas telah mengatur dan meliputi hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan sesama manusia maupun lingkungan alam dan sekitarnya. Namun harus mampu membedakan dalam hubungan apa, ada terjadi kontradiktif tersebut dan seakan terlihat berseberangan dengan agama.

Bukankah sudah jelas dalam setiap agama ada aturan yang mengatur urusan manusia dengan Tuhan dan aturan manusia dengan manusia. Aturan agama yang menyangkut urusan manusia dengan Tuhannya harus mutlak berlaku bagi penganut agama tersebut. Misalkan saja yang terdapat dalam agama Kristen yaitu Hukum Taurat dan Injil atau juga dalam agama Islam terdapat Rukun Iman dan Rukun Islam. Hubungan manusia dengan Tuhan mutlak mengutamakan hukum agamanya dan hukum hubungan manusia dengan penciptanya yang terdapat dalam budaya atau adat istiadat batak kuno harus mengikuti pencerahan dari agamanya masing-masing.

Persoalan yang pelik adalah hubungan sesama manusia dalam interaksi social yang mana senyatanya memang budaya batak kuno tersebut terasa tertinggal oleh kemajuan atas perkembangan manusia tersebut dalam peradaban modern sekarang. Perbedaan demikian wajib dicari solusi oleh setiap lembaga adat atau lembaga bius tersebut dan tentu tidak akan selalu sama pendekatan social yang dilakukan tergantung pada setiap permasalahan dan basis-basis laten yang ada dalam nilai-nilai adat batak.

Lembaga social/bius tersebut yang berwenang memutuskan setiap penyelesaian masalah tersebut. Sedangkan hubungan manusia dengan manusia maupun hubungan manusia dengan alam lingkungannya tentu mempunyai warna dimasing-masing komunitas masyarakat. Warna yang menjadi suatu kekayaan kebudayaan atau adat istiadat yang tentu beraneka ragam sesuai dengan tempat dan lingkungan yang ada.

Dengan adanya masuk pencerahan agama maka kebudayaan atau adat istiadat yang ada tersebut harus membukakan mata dan menerima pencerahan agama sebagai hakekat tujuan hidup manusia. Disatu sisi pencerahan agama tidak serta merta mengklaim bahwa kebudayaan dan adat istiadat adalah sesuatu yang telah menyimpang. Manusia menyadari kebudayaan atau adat istiadat timbul dari nilai yang baik dan rasa serta pemikiran yang terbaik pada masyarakat dan oleh karena hal itulah bisa terpelihara baik ditengah masyarakat.

Dalam keadaan zaman sekarang terkadang oleh karena adat istiadat itu sangat kental dengan manusia batak maka manusia batak yang tergolong telah melanggar nilai-nilai adat istiadat batak lebih cenderung memilih untuk mendiamkan dan menyimpan permasalahannya , baik karena rasa malu dan selanjutnya ditampung dengan penyelesaian oleh pranata pada masyarakat lainnya .

Secara manusiawi tidak ada pula agama yang boleh mengklaim agamanya lebih baik dari agama yang lain. Harus bisa dijadikan bahwa agama telah menjadi pencerahan bagi setiap budaya, sedangkan budaya dibuat manusia untuk mengatur sesama manusia. Budaya – budaya yang memang buruk bagi manusia haruslah mengalami pencerahan dari agama.

Seperti halnya adat batak yang menggaris utamakan anak laki-laki maka dalam perkembangan peradaban sekarang ini dan adanya kesetaraan antara laki-laki dan wanita, ternyata haruslah berhati- hati dalam setiap kepentingannya. Adat batak tidak bisa kaku harus maju kedepan sehingga mampu menampung setiap perkembangan yang ada disetiap masyarakat .

Pemikiran yang menganggap pelanggaran terhadap adat batak harus dibuang jauh-jauh atau tidak lagi diurusi oleh lembaga adatnya, tidak selalu lagi bisa dipertahankan. Dalam masyarakat batak diakui dan selalu dijalankan budaya berupa falsafah ; lain lubuk lain ikannya atau sidapot sulup do na ro atau adanya lembaga Tonggo Raja . Lembaga Tonggo Raja maupun Ria Raja adalah instrument demokrasi yang sudah lama ada. Hal ini dapat dijadikan sebagai lembaga yang menangani permasalahan - permasalahan yang belum diakomodir atau yang bertentangan dengan adat batak kuno sebagaimana timbulnya perkembangan ditengah masyarakat batak agamais sekarang.

Hal yang menarik dan menjadi tantangan saat ini oleh kemajuan dan kesibukan akan terdapat juga nantinya rumah tangga - rumah tangga yang mengalami perceraian. Dalam masyarakat batak secara umum seorang wanita yang telah diterima menikah dengan seorang pria dan sudah menjalankan adat maka siwanita tersebut menjadi keluarga si pria.

Segala tindak tanduknya harus membawakan nama dan kepentingan dari pihak si pria suaminya tersebut , terlihat sebagai konsekwensi dari system patrineal yang dianut. Padahal zaman sudah menuntut kesetaraan manusia dan menghapus perbedaan jender / gender / jenis kelamin bahkan sudah terjadi paradoks yang ada dalam adat istiadat karena tidak jarang saat ini ditemukan banyak wanita yang lebih sukses dari suaminya.

Akibat zaman yang maju saat ini dan membuat persoalan perceraian rumah tangga dimaksud maka yang ada banyak keluarga-keluarga demikian terpaksa terpinggirkan oleh pelayanan adat istiadat. Satu sisi hal itu dianggap untuk menegakkan dan melestarikan adat batak (setelah beragama) yang menganut keyakinan satu kali menikah sampai beranak dan bercucu dan hanya bercerai oleh kematian.

Kenyataan tidak semua rumah tangga bisa selamat sampai sedemikian rupa karena zaman telah membentuk keadaan lain dan keegoisan antara suami dan istri dapat saja memporak porandakan keluarganya. Secara umum hal itu akan tersisih dari komunitas adat istiadat pada kaum adatnya, padahal agama telahpun membuat dan mendahulukan bentuk pencerahan-pencerahan lain.

Sebaiknya hal-hal sedemikian harus terpisah, bukankah agama menjadi pribadi yang bertanggung jawab kepada Tuhannya, sedangkan adat bertanggung jawab kepada sesama manusia dalam lingkup komunitas adat tersebut. Jelas ada fase dan celah yang tidak tersambung dengan baik bahkan akan cenderung menjadi pembiaran namun itulah keunikannya, adat tidak otomatis menjadi urusan agama namun nilai agamanya harus masuk seluruhnya dalam budayanya.

Para tetua adat khususnya dalam budaya batak, pelaksanaan adat tidak pernah bisa dilakukan oleh kerabat-kerabat dalam saja , melainkan total menjadi urusan masyarakatnya melalui lembaga Bius. Para tetua adat yang tercakup dalam lembaga Bius yang nota bene adalah para tetua dalam masyarakat besar mewakili seluruh warga dan marga serta lembaga pemerintahan maka berkewajiban menampung perkembangan zaman .

MANJUJUNG TANDOK

Dapat juga kita perhatikan ke-empat nilai dimaksud diungkapkan saat seorang lahir dimana para handai tolan dari pada keluarganya akan datang menjenguk dalam suka cita karena telah lahir seorang manusia di komunitas masyarakat adat tersebut. Mereka datang menjenguk dengan membawa segala sesuatu yang patut untuk dihadiahkan dan khusus bagi derajat yang semarga dan derajat borunya akan selalu disertai dengan membawa beras dalam bakul atau babahul/tandok. Tandok adalah perangkat bakul yang bentuknya lebih kecil dan memanjang keatas namun dasarnya tetap mempunyai sudut empat buah. Artinya para penjenguk yang datang dengan membawa tandok menunjukkan adanya sukacita, kasih, harapan dan kebahagiaan atas peristiwa tersebut.

Bentuk tandok sekaligus melambangkan sesuatu tanda bantuan untuk memulai berdirinya sesuatu yang diharapkan, semisal adanya kelahiran yaitu adanya suatu permulaan kehidupan maka para penjenguk menyampaikan bantuannya dalam tandok tersebut ( sesuai kewajibannya yang telah ditentukan dalam garis adat ) demikian halnya dengan adanya perkawinan sebagai sesuatu dimulainya rumah tangga.

Dalam setiap hidup sesorang maka dengan menjalankan nilai-nilai universal yang terkandung dalam ke-empat sudut bakul dimaksud akan pula mencapai tujuan hidup yaitu : hamoraon/kekayaan, hagabeaon/punya keturunan dan hasangapon/harga diri. Begitu pula halnya disaat seorang meninggal dan telah berhasil dengan baik menjalankan dan mencapai ke-empat fungsi yang ditentukan oleh sudut bakul/ampang dimaksud atau saat sekarang ini diukur hanya oleh ukuran kwantitas pada keberhasilan seorang dalam membina rumah tangga dan mempunyai anak laki-laki dan perempuan yang telah berumahtangga atau telah mencapai derajat ”sahur matua” maka peranan ampang/bakul dalam istilah ”sanggul marata ” harus pula diperbuat.

SANGGUL MARATA

Sanggul Marata adalah instrument sekaligus sebagai simbol keberhasilan seseorang yang meninggal yang telah berhasil semasa hidupnya dalam menjalankan fungsi yang diartikan oleh ke-empat sudut bakul/ampang dimaksud. Pada saat ianya meninggal maka diperbuatlah dan dipertunjukkan pada khalayak ramai sesuatu yang disebut dengan ”sanggul marata” yaitu bakul/ampang yang berisikan : eme, gambiri , sangge-sangge, silanjuang (na rata dohot narara), sanggar, bulung ni jajabi, ompu-ompu, yang kesemua benda tersebut adalah simbol keberhasilan dari yang meninggal.

Disaat acara ”mardodon tua ” maka para anak cucu yang meninggal tersebut wajib pula menari/manottor dengan membawa ”sanggul marata” dimaksud berkeliling sambil menari/manottor kehadapan para khalayak yang ada. Para anak cucu itu menari/manottor dan bangga atas keberhasilan yang telah diperoleh oleh si-meninggal leluhur mereka tersebut.

Simbol-simbol yang dapat diartikan dan sesuatu yang bisa diperoleh dari tumbuhan dalam alam raya ini dan diartikan bahwa yang meninggal tersebut telah berhasil mencapai dan mewariskan kepada generasinya hal-hal berikut ;

- Eme (padi) sebagai arti telah mencapai taraf hidup yang baik cukup pangan dan sandang dan bibit-bibit yang demikian telah diwariskannya kepada anak cucunya.

- Gambiri (kemiri) mengartikan pada minyak artinya untuk mencapai taraf hidup yang baik harus memberi arti bagi masyarakat yang ada sehingga bisa meresap serta diterima dan tidak ditentang oleh pihak manapun.

- Sangge-sangge ( batang sereh/serai) artinya yang meninggal ini tahu dan mampu membuat obat dan menjaga kesehatan dirinya dan keturunannya.

- Silanjuang narata dohot narara (daun silanjuang/hanjuang yang hijau dan merah) mengartikan bahwa untuk mencapai taraf hidup yang baik perlu perjuangan dan kerja keras. Silanjuang narata/ hijau menyimbolkan pada perjuangan yang tenang dan teratur dan silanjuang narara/yang merah menyimbolkan perjuangan yang penuh liku dan kerja keras dan keberanian.

- Sanggar ( Pim-ping /ilalang yang ber-ruas) mengartikan bahwa kehidupan ini mempunyai grafik yang turun naik atas terpaan yang datang pada kita seperti sanggar yang diterpa angin akan turun naik mengayun-ayun.

- Bulung ni jajabi ( ranting atau daun beringin ) mengartikan keberhasilan dalam kehidupan harus untuk kesatuan keluarga dan masyarakat pada umumnya atau berguna untuk orang banyak.

- Ompu-ompu ( bunga bakung ) mengartikan bahwa yang meninggal telah mempunyai anak cucu dan apa-apa yang diperolehnya sangatlah baik dan indah untuk diteruskan oleh anak cucunya.

Demikian halnya dengan sanggul marata jelas bukanlah pengakuan atas illah yang lain hanyalah istrument adat dalam lingkup budaya untuk mengatur setiap manusia dalam masyarakat adatnya. Benda-benda yang ada dalam sanggul marata hanyalah simbol dan benda-benda itu telah dipilih masyarakat tradisionil batak pada zaman dahulu sebagai aksesoris budaya / alat yang memperindah kebudayaan. Benda-benda itu pula yang dipilih sebagai simbol yang cukup mewakili kepentingannya dalam adat istiadat dan yang tumbuh serta mudah ditemukan dilingkungan sekitar.

Tak perlu pula di era modernisasi saat sekarang ini merasa malu untuk melakukan atau mempraktekkan adat istiadat demikian . Hanya mungkin saja bakul atau ampang atau tandok perlu dipoles dengan balutan hasil teknologi yang bersesuaian, semisal diperindah dengan manik-manik atau sejenisnya. Jika saat ini adat istiadat banyak yang telah ditinggalkan adalah akibat konsekwensi kemanjuan peradaban nasional dan globalisasi. Berbagai kemajuan informasi telah membuat adat istiadat seakan ketinggalan jauh dan tidak lagi bersesuaian dengan zaman . Suatu anggapan yang keliru dan perlu kita luruskan.

Ungkapan yang mengatakan “ adat do ugari, sini-hathon ni Mulajadi, siradoton manipat ari, siulaon di siulubalang ari “ merupakan suatu pernyataan yang diterima dan diakui oleh seluruh masyarakat Batak. Artinya adat adalah hukum dan aturan yang harus dipelihara sepanjang hari dan dilaksanakan sepanjang hidup. Adat diterima sebagai suatu kewajiban agar perjalanan hidup pribadi, keluarga serta masyarakat berjalan dengan tenteram, tertib dan sejahtera.

Penghargaan demikian tinggi atas nilai-nilai yang baik dalam adat istiadat Batak membuat manusia Batak takut melanggarnya, takut tidak menjadi bagian manusia yang baik, takut dicap sebagai manusia tidak beradat. Sesuatu yang harus diartikan dalam konteks peradaban modern sekarang yang telah mengenal berbagai agama , namun tetap mempunyai penghargaan yang tinggi selaku manusia yang beradat, karena nilai-nilai yang terkandung dalam adat istiadat batak senyatanya banyak yang sejalan dan bernilai sama dengan yang diatur oleh nilai-nilai agama.