
MALAU RAJA
Dalam penelusuran sejarah maka telah banyak diketahui generasi si Raja Batak berikutnya dan dengan berbagai macam marga yang timbul kemudian. Kalau melihat asal usul orang Batak yang bermula ada dan dari Pusuk Buhit, SIANJUR MULA-MULA maka oleh karena berbagai permasalahan dan penguasaan tanah di Sianjur Mula-mula menimbulkan terjadinya migrasi dan perpindahan keluar dari tempat asal tersebut, termasuk SILAU RAJA yang tidak mendapat tempat dari kedua abangnya Limbong Mulana dan Sagala Raja pada masa itu.
Untuk itu kemudian Silau Raja mengalami migrasi keluar dari Sianjur Mula-mula pergi kearah timur dan bisa saja pergi kearah timur dengan maksud untuk kembali ke daerah asal leluhurnya di Grahi atau Cai’ya dengan melalui daratan dan rimba yang harus ditembus.
Grahi sendiri berada disebelah timur laut dari pada Sianjur Mula-mula, karena itu dimulainya pergi melalui Rianiate terus ke Salaon dan perkembangan selanjutnya ternyata ada terdapat pemukiman marga Malau di berbagai tempat seperti ; Huta Passur Rianiate, Pangururan, Banjar Malau (Huta Malau) Simanindo, Harianboho , Siattar-attar , Salaon , Huta Mula Sipolha.
A. SIRAJA BATAK
Diperkirakan lahir pada tahun 1160
Ianya adalah bekas pemimpin setingkat Tumengggung dari pada pasukan Kerajaan Grahi / Thai / Tambralingga yang berada menguasai Barus dan kemudian masuk ke Pusuk Buhit , Sianjur Mula-mula pada tahun 1230 dan medirikan cikal bakal masyarakat batak. Siraja Batak sebelum sampai di Pusuk Buhit pada mulanya sudahpun mempunyai anak dan membawanya turut serta ke Barus. Anaknya tersebut adalah anak Pertama bernama Guru Tetea Bulan dan anak Kedua bernama Raja Isumbahon dan Toga Laut.
Anak Si RAJA BATAK (1160 M) adalah :
1. Yang Pertama adalah Guru Tetea Bulan atau Raja Ilontungan atau Toga Datu.
2. Yang Kedua adalah Raja Isumbaon
3. Toga Laut ( yang pergi ke Nias)
B. GURU TETEA BULAN ( perkiraan tahun 1190 M )
Disebut juga dengan Raja Ilontungon atau Namarata atau Toga Datu
anaknya terdiri dari ;
1. RAJA BIAK-BIAK. – 1232M
2. SARIBU RAJA - 1234M
3. LIMBONG MULANA – 1236M
4. SAGALA RAJA - 1238M
5. SILAU RAJA - 1240 M
6. SIBORU PAREME
7. SIBORU ANTING SABUNGAN
8. SIBORU BIDING LAUT
9. NAN TINJO
Putera SIRAJA BATAK yang pertama adalah GURU TETEABULAN diperkirakan lahir tahun 1190 mengawini seorang putri dari kelompok asing – halak jao - orang primitif bernama SIBASOBURNING ( perempuan suci yang berbahasa asing) , GURU TATEABULAN mempunyai putra-putri berturut-turut sebagai berikut ;
GURU TETEABULAN :
1. Raja Biak-biak tahun 1232 sebagai anak laki-laki pertama.
Dikenal juga dengan nama Raja Uti atau Raja Miok-miok atau Raja Hatorusan (diberikan namanya Raja Uti untuk mengingat dan mengharapkan agar anak pertama ini kelak sehebat Kaisar Han Wu Ti yakni Kaisar Cina pada Dinasti Han). Ketika lahir disertai guruh menggelagar dan hujan lebat dan bentuk tubuhnya tidak sempurna, tidak bertangan dan tidak berkaki , mungkin juga akibat banyaknya penderitaan disaat mengungsi membuatnya lahir cacat.
Setelah Raja Uti berdoa di Pusuk Buhit dengan diantar ibunya ternyata Mulajadi Nabolon mengabulkan doanya , lalu dia dibuat berkaki dan bertangan bahkan dibuat pula berekor dan bersayap dan wajahnya dibuat bermoncong seperti babi.
Setelah doanya dikabulkan dia kembali ke Sianjur Mula-mula dan tidak lama disana dia pergi lagi ke Aceh kemudian pindah lagi ke daerah Barus. Dikenal dengan berbagai kesaktiannya serta memiliki pusaka berupa Piso Gaja Dompak (pisau gaja penangkal) sedangkan putra kedua Guru Tetea Bulan yakni ;
2. Tuan Saribu Raja tahun 1234 sebagai anak laki-laki kedua .
Nama Sariburaja (saribhuya) diberikan sesuai dengan kejadian pada saat itu adalah masa runtuhnya kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Radjendara Chola dan juga bangkitnya kerajaan Singhasari dan kerajaan-kerajaan baru lainnya. Tuan Saribu Raja mempunyai tiga orang anak masing-masing ;
2.1 . Raja Lontung (Lontung) tahun 1260.
yaitu anak dari istrinya bernama Siboru Pareme. Siboru Pareme sendiri sebenarnya adalah perempuan kembarnya, yang dikawininya sehingga membuat marah para adik - adiknya dan mengusirnya dari Sianjur Mula-mula dan pergi ke arah tenggara atau Sabulan sekarang.
2. 2. Raja Borbor (Borbor) adalah
anak Saribu Raja dari istrinya bernama Nai Mangiring Laut / Nai Manginggir Laut seorang putri dewa Balabulan yang banyak membawa barang-barang pauseang dari ayahnya. Untuk penyimpanan barang-barang pusaka tersebut, mereka membuat rumbi batu / lemari sekarang dikenal dengan Batu Hobon terdapat sampai saat ini di Parik Sabungan dekat Sianjur Mula-mula. Bisa saja Nai Mangiring Laut berasal dari putri Raja Bawahan Sriwijaya yang pernah ada di Barus.
2. 3. Raja Galeman (Sibabiat) adalah
anaknya dari istrinya yang diduga merupakan keturunan Tamil yang pada saat itu Saribu Raja sudahpun berada di Barus. Sedangkan di Barus sendiri sudah banyak orang Tamil terkait dengan penguasaan perdagangan Kapur Barus akibat ekspansi Kerajaan Cola sebelumnya dalam menahlukan kerajaan Sriwijaya.
Tuan Saribu Raja adalah orang yang tidak pernah diam dalam satu tempat, dia selalu pergi berkelana dari satu kawasan hutan ke kawasan hutan lainnya. Karena itu ia mampu bersahabat dengan binatang yaitu babiat sibolang dan bodat simumbal-umbal. Perjalanannya dari Sianjur Mula-mula sampai ke Haunatas dan sampai juga ke Barus. Sementara itu anak Guru Teta Bulan yang ketiga, keempat yaitu LIMBONG MULANA , SAGALA RAJA cenderung tinggal dan berdiam pada lingkungan sekitar Sianjur Mula-mula , sedangkan putera kelima yaitu SILAU RAJA mengalami migrasi keluar dari daerah Sianjur Mula-mula.
3. Limbong Mulana tahun 1236 sebagai anak laki-laki ketiga.
nama yang diberikan kepada anak ketiga yang mana saat lahir bersamaan dengan terjadinya serangan tentara Mongolia menaklukkan Cina dan seluruh Asia Selatan termasuk Sumatera dibawah pimpinan Kaisar Besar dari marga Bong. Kata limbong sendiri dalam bahasa batak agak susah diartikan.
Limbong Mulana mendiami daerah sebelah selatan punggung gunung yang menghubungkan Pusuk Buhit dengan dataran tinggi. Nama Limbong dengan kata Mulana mengartikan awal mulanya perkampungan dan tatanan sosial masyarakat batak berawal dari lembah Limbong.
Limbong Mulana mempunyai keturunan bernama : Palu Onggang dan Langgat Limbong serta Sihole, Habeahan, Perangin-angin Sapiam, Kabeahan, Takar, Padang, Tinendung.
4. Sagala Raja, tahun 1238 sebagai anak laki-laki ke-empat.
nama yang diberikan kepada anak ke-empat yakni pada saat lahirnya sesuai dengan masa bangkitnya raja-raja baru yang melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya, baik itu di Sumatera, Asia Selatan, Asia Tenggara . Seperti yang dapat dilihat timbulnya Kerajaan Melayu Jambi , Kerajaan Pagaruyung, Kerajaan Palembang dan sebagainya.
Sagala Raja mendiami satu diantara daerah di utaranya , karena itu ada dua lembah yaitu Lembah Sagala dan Lembah Limbong yang berbentuk lekukan antara Pusuk Buhit dan tembok luar danau di sebelah barat. Sebuah lembah kembar yang dalam sastra sering disebut Sagala-Limbong dan awal mayarakat batak.
Sagala Raja mempunyai keturunan bernama: Sagala Hutaruar, Hutabagas, Hutaurat dan juga marga Bangun.
Sedangkan anak dari pada Guru Tetea Bulan yang paling bungsu adalah Silau Raja yaitu nama yang diberikan sebagai anak laki-laki terakhir atau anak laki-laki paling bungsu.
5. Silau Raja , tahun 1242 sebagai anak laki-laki yang bungsu.
Silau Raja mempunyai empat putra yang mana dari istri pertama yang bernama putri dewa atau putri Jau memperoleh satu orang anak bernama Malau Raja. Sedangkan dari istrinya yang kedua bernama Siboru Burning memperoleh anak bernama Manik Raja, Amabarita Raja dan Gurning Raja , sedangkan Istri Silau Raja berasal dari kelompok lain atau halak Jau maksudnya tidak lain adalah orang-orang suku Proto Malayan yang terdahulu telah ada atau suku bangsa yang ada berdagang di pelabuhan Barus.
Dalam tulisan ini yang mana penulis sekaligus menelusuri leluhurnya maka arah penulisan ini tentu mengambil garis marga yang sesuai dengan marga dari pada penulis yaitu Malau.
C. OMPU SILAU RAJA ( perkiraan tahun 1240M )
anaknya terdiri dari ; merupakan nama yang diberikan sebagai arti anak yang paling bungsu atau diambil dari kata ‘lau’ yang berarti ‘ekor” . Silau Raja adalah anak bungsu Guru Teteabulan atau Nai Marata atau Ilontungan , sekaligus pula menjadi cucu paling bungsu dari Si Raja Batak.
1. MALAU RAJA
2. MANIK RAJA
3. AMBARITA RAJA
4. GURNING RAJA
D. MALAU RAJA ( diperkirakan tahun 1270 M )
diperkirakan pada 1270 M. Sesuatu yang biasa bagi orang batak atau manusia pada umumnya memberikan nama bagi anaknya sesuai dengan apa yang menjadi kesan atau pesan atas kejadian yang terjadi pada masa sianak tersebut dilahirkan.
Tahun 1270 bersamaan dengan masa bangkitnya kembali Kerajaan Mol’yu atau Cri’wijaya dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Nama Malau dimungkinkan diambil dari kata Malayu yang berarti berasal dari bukit (bahasa sansekerta).
Malau Raja dan leluhurnya juga tinggal di kelilingi pegunungan atau perbukitan Simanuk-manuk.
Dengan memberikan nama Malau sedemikian, ada harapan orangtuanya yaitu Silau Raja agar Malau Raja kelak bisa menjadi Raja yang besar dimasa yang akan datang . Berharap akan adanya keturunan Silau Raja yang menjadi Raja pada masyarakat pegunungan yang ada ataupun menjadi Raja pada bangsa Melayu dikemudian hari.
Keturunan Silau Raja yaitu Malau Raja, Manik Raja, Ambarita Raja, dan Gurning Raja selalu hidup bersama - sama dan mendiami dan bermukim serta menjadikannya sebagai Bona Pasogit di beberapa daerah secara terpencar sekitar Huta Passur Rianiate , Pangururan, Salaon, Harianboho, Simanindo, Lumban Gurning Posea, Huta Mula Sipolha bahkan sampai ke Simalungun. Di Tanah Batak Toba, marga Malau adalah satu dari sedikit silsilah yang agak besar, yang tidak mempunyai daerah inti yang utuh, tempat sebagian besar anggotanya tetap hidup bersama.
Hal ini sangat terkait dengan keadaan moyang leluhur bernama Silau Raja yang memang terpaksa keluar meninggalkan Sianjur Mula-mula dan pergi kearah Timur atau Timur Laut dari Sianjur Mula-mula, yang mungkin saja saat itu ianya bermaksud pulang kembali ke Kerajaan Grahi yaitu tempat asal muasal moyang leluhurnya sebelumnya.
Sesuai arah perjalanan yang dijalaninya, kepergiannya itu jelas tidak membuat tempat yang menetap namun disetiap daerah yang disinggahinya tentu mempunyai hasil perjalanan bahkan bisa saja berbaur dengan masyarakat yang baru ditemuinya dan tentu telah mendatangkan keluarga dan keturunannya disana .
Pada saat sekarang belum dapat dengan jelas diketahui identitas peninggalannya disepanjang perjalanannya tersebut kecuali satu bahwa ditanah Batak tidak diketahui bona pasogit yang permanent bagi keturunan Silau Raja . Salah satu bona pasogit yang permanent yang dapat diketahui jelas ada sampai saat ini hanya di Huta Malau , Simanindo – Pulo Samosir dan sudah ada sejak abad ke 16 sedangkan Malau Raja mempunyai anak bernama PASE RAJA MALAU.
E. PASE RAJA MALAU ( perkiraan tahun 1300 M )
bagian tertua dari marga Malau yaitu yang dari Pase Raja dan yang masih disebut Malau, menjadi parbesanan serta sekutu yang tegar dari pada marga Simbolon ( Nahoda Raja) dan Sitanggang (Raja Sitempang) yang bersama Saragi menduduki daerah - daerah sudut barat laut Pulau Samosir.
Nama Pase Raja juga mengingatkan pada berdirinya Negara Samudera Ac’a Pasai pada tahun 1285 karena pada masa tahun 1370-1390 kerajaan Samudera Pasai berhasil pula mengusir tentara Majapahit dari tanah Melayu.
Pase dalam bahasa batak kurang dapat dicarikan artinya, sehingga bisa dianggap kata Pase tersebut diadopsi dari nama Pasai yaitu dari nama Negara Samudera Pasai dan yang merupakan Kerajaan Islam Pertama ber mazhab Syafi’i. (Pasai atau sai artinya pantai - tapasai - tepi pantai). Kemudian anak Pase Raja mempunyai anak bernama ;
1. RAJA PARMAS MALAU
2. GURU PANSUR MALAU
3. GURU LANGGAK MALAU
F. RAJA PARMAS MALAU ( perkiraan tahun 1335 M )
mempunyai anak bernama
1. MALAU RAJA II
2. GURU SOLOBEAN MALAU
G. MALAU RAJA II ( perkiraan tahun 1370 M )
merupakan yang menurunkan TABU TABU GUMBANG dan yang
merupakan leluhur marga Malau di RIANIATE.
F. TABU-TABU GUMBANG ( tahun 1400M)
Kemudian terdapat benang sejarah dan keturunan yang belum jelas diperoleh nama-namanya atau masih terdapat sejarah generasi yang terputus sampai dengan ke tahun 1650.
Dalam tulisan ini yang mana penulis sekaligus menelusuri leluhurnya maka arah penulisan ini tentu mengambil garis marga yang sesuai dengan marga dari pada penulis yaitu Malau.
Generasi terputus yang belum jelas nama-nama berikutnya setelah dari Malau Raja II yang belum banyak diketahui dan menjadi tugas generasi sekarang untuk mendapatkan sambungan rantai leluhur agar jelas mata rantai leluhur Silau Raja tersebut. Suatu keyakinan yang bisa dipegang bahwa semenjak keturunan Malau Raja II tentu tidak lagi hanya berdiam tinggal di Rianiate dan sudah pasti melakukan migrasi yang menyebar kemana-mana.
Penyebaran migrasi dari keturunan Malau Raja II sudah juga dapat dipastikan akan memilih arah timur dan utara dari pada Sianjur Mula-mula dan tempat-tempat yang ditujunya tersebut tak lain adalah tempat berdirinya kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Peurlak, Kesultanan Malaka, Kerajaan Simalungun, Kerajaan Siantar dan sebagainya.
Keturunan Raja Malau II tersebut pergi berimigrasi kedaerah-daerah yang mana tumbuh dan berkembangnya agama Islam, akibatnya setelah mereka masuk menjadi bagian dari masyarakat yang ada mereka temui, mereka harus melepaskan identitas lamanya sebagi masyarakat batak pagan dan itu bagi masyarakat yang dimasukinya adalah bagian dari pada kekhafiran.
Dengan beradaptasi yang sedemikian rupa yaitu merubah diri dari Batak Pagan menjadi masyarakat beragama maka identitas Batak Pagan yang telah dirubanya tidak dapat lagi terjaga / terpelihara dengan baik bahkan sengaja pula dilupakan sehingga generasi berikutnya menjadi sulit menarik benang merah kepada garis leluhur pada Batak pagan sebelumnya.
Pada tingkat generasi berikut telah terjadi juga perubahan baik akibat migrasi dan atau perkawinan maupun kepentingan-kepentingan pada masa itu sehingga ada yang membentuk marga MalauGurning, MalauManik, MalauAmbarita atau Manik Gurning dan lainmya yang telah menyebar dalam kelompok-kelompok kecil di Samosir dan sekitarnya.
Di pantai timur Sumatera, Malau dengan nama Damanik, merupakan marga yang memerintah di daerah swapraja Siantar, cerita ini dikenal dengan Parboniaga Sopunjung . Walaupun diabad 21 sekarang banyak pula kaum dynasty di daerah Simalungun yang mengkalim dirinya tidak ada berkaitan dengan Batak Toba karena mereka katanya berasal dari dynasty Nagur yang datang langsung dari India .
Kemudian karena Malau Raja adalah anak tertua dari Silau Raja maka dalam kehidupan sehari-hari, dia harus menjunjung nama orangtuanya dan memakainya sebagai nama leluhurnya. Hal ini membuat sulit membedakan keperluan Silau Raja atau Malau Raja-kah yang si-Malau Raja sedang jalankan. Untuk menjaga kesatuan dengan dan dalam marga adik-adiknya yakni Manik, Ambarita dan Gurning maka lebih dominan Malau Raja menjalankan fungsi pengayom dan pemersatu dengan selalu menggunakan nama Silau Raja sebagai nama moyang leluhur. Posisi yang demikian membuat Silau Raja dengan Malau Raja menjadi sama saja dan sulit membedakannya.
Kerajaan Nagur sering disebut merupakan kerajaan Batak pagan yang didirikan oleh para Proto Malayan yang terdahulu masuk ke Sumatera yaitu komunitas primitive dan bertumbuh dengan masuknya berbagai pengaruh kepada komunitas tersebut .
Kerajaan ini disebut-sebut pernah ada pada buku-buku sejarah Arab terutama dalam buku perjalanan dari saudagar-saudagar Gujarat yang dibawah kekuasaan Dinasty Fatimah . Sejarah yang seakan-akan membangkitkan masyarakat batak pagan telah mampu sebelum tahun 1200-an untuk membangun suatu pemerintahan dan kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.
Bahwa nama Mara Silu dalam literature marga-marga orang batak tidak ada didapati marga dan identitas marga yang sama seperti itu . Oleh karenanya tentu nama tersebut adalah nama dari suatu orang batak yang telah sengaja untuk menghilangkan identitas batak pagan yang ada padanya pada masa itu terutama setelah masuk kepada masyarakat agama Islam mazhab Syafi’i tentu harus meninggalkan latar belakangnya yang dianggap ka’fir.
Nama Marah Silu yang mempunyai persamaan dengan kata Silau Raja, membuat penulis mempunyai dugaan yang kuat bahwa yang empunya nama tersebut adalah bagian dari Silau Raja.
Marah Silu berasal kata dari Marah , meura, morat yang berarti = Raja dan ditambah kata silu dari kata silau yang penyebutan cepat menjadi silu.
Hal tersebut sangat dimungkinkan mengingat Silau Raja yang tidak mendapat tempat di Sianjur Mula-mula membuatnya harus keluar dari sana. Dalam perjalanannya sebagai orang terbuang maka Silau Raja tersebut telah menimbulkan cerita yang memperdengarkan nama sedemikian rupa.
Dalam mengajak dan menguasai para suku Proto Malayan yang dilaluinya yang sudah ada di tanah Sumatera khususnya, serta dalam mendirikan komunitas baru dan akhirnya menjadikan cerita asal usul yang semestinya Sianjur Mula-mula dirubah oleh keadaan dan lintas bahasa yang dipakai menjadi berasal dari kerajaan yang disebut Kerajaan Nagur.
Marah Silu yang sebelumnya adalah seorang batak pagan disebut-sebut mempunyai tattoo diwajahnya dan memepunyai juga tanda - tanda seorang putra raja lainnya , yang tidak dapat hapus sepanjang hidupnya.
Dikatakan pula sebagai orang yang memakan cacing dan dalam dongengan masyarakat daerah Pasai tidak pula dikenal pasti asal usulnya kecuali hanya seorang anak dari bukit Pasai.
Melihat peta migrasi yang dilakukan Silau Raja dan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh Saribu Raja dan keturunannya yaitu yang menuju kearah Selatan tanah Batak maka disana kemudian banyak dipengaruhi oleh masuknya serangan Perang Padri dan yang paling besar adalah pengaruh Belanda melalui VOC diawal tahun 1600 dan masuknya agama Kristen.
Migrasi yang dilakukan oleh Silau Raja serta keturunannya kearah Timur tersebut tidak tertutup kemungkinan keturunan Silau Raja yang sejak tahun 1400 yaitu setelah anak - anak dari Malau raja II lahir maka anak-anak Malau Raja II tersebut telah berimigrasi pula ke Timur dan berbaur ke Kerajaan yang ditemuinya didaerah timur bahkan turut mendirikan kerajaan yang baru ditempat daerah timur sumatera tersebut.
Mengingat pada hal-hal yang terjadi pada tahun 1600 yaitu masa dimana telah diketahui dengan jelas adanya leluhur penulis yang bernama Raja Tuan Sori Malau dan anaknya bernama Oppu Raja Djailalo Malau yang telah berada di Pulau Samosir tepatnya di Huta Malau Simanindo maka hal ini kemungkinannya merupakan arti dari hal sbb ;
leluhur dari keturunan Silau Raja yang tadinya telah berimigrasi ke daerah Timur dan setelah daerah timur dikuasai oleh penjajahan dan kekuasaan Eropa baik Kolonial Belanda maupun Portugis atau VOC membuat mereka terpaksa pergi kedaerah lain termasuk ke Pulau Jawa dan ada pula yang kembali lagi ke tanah Batak.
Terutama akibat dari telah adanya masuk kekuatan tentara Portugis yang menguasai daerah timur sumatera dan seluruh semenanjung Malaya dan memusatkan pula kekuatannya di bekas kesultanan Malacca sebagai pusat kekuasaan. Di Malacca ini , Portugis kemudian menjadikannya sebagai benteng kekuasaan dan dari sanalah disusun segala upaya untuk menahlukkan negeri lainnya.
Keturunan Silau Raja yang kembali itu tidak mungkin pula ke Sianjur Mula-mula karena pada awalnya juga tidak mendapat tempat disana , oleh karena itu kembali ke tanah batak lainnya yaitu Pulau Samosir.
Pulau Samosir, dalam bahasa batak kata samosir tidak pula jelas artinya, dan menurut penulis kata samosir adalah pemberian dari para pedagang Inggris. Saudagar Inggris tersebut terhadap sesama saudagar lainnya telah mengklaim tanah batak terutama pelabuhan Barus adalah dibawah kekuasaan Inggris.
Pada saat itu telah timbul usaha-usaha masyarakat Eropa untuk saling mengklaim daerah-daerah kekuasaanya di Nusantara dan pada masa itu timbul perselisihan antara bangsa Holland dengan bangsa Inggris di pelabuhan Barus. Komuntitas Inggris yang lebih dahulu masuk Barus dan mempunyai markas di Aceh datang ke Barus mendahului bangsa Holland namun bangsa Inggris tersebut tidak berani masuk untuk berkuasa terlalu jauh untuk membuat agen/wakil kekuasaanya di pedalaman tanah Batak hanya berada di pantai Tapian Nauli.
Akan tetapi tanah Batak tetap menjadi masyarakat yang primus inter phares dan menganut Hindu Kuno sebagaimana dibawanya dari pegunungan Birma/Siam sewaktu masih dalam induk Proto Malayan. Daerah Sianjur Mula-mula sebagai sentra peradaban masyarakat Batak tidak mudah dipengaruhi. Sebaliknya justru masih beruntung hal itu masih bisa ada terpelihara/terjaga sehinggah masih saja ada tersisah peradaban batak kuno hingga saat sekarang ini . Walaupun mengalami penambahan dan perubahan disana sini sebagaimana perkembangan peradaban yang masuk.
Batak adalah Batak , yang splendid isolation dan tumbuh menjadi masyarakat yang percaya diri dan bangga menjadi dirinya sendiri, jelas berkarakteristik dan jelas mempunyai ciri spiritual tersendiri. Suatu masyarakat sampai abad sekarang ini menjadi salah satu suku ras dari bangsa Indonesia.
Bila diperhatikan maka Silau Raja telah mempunyai anak-anak yang tersebar merantau dimana-mana dan boleh jadi anak-anaknya tersebut jika kita uraikan mempunyai nama yang sama yaitu ;
1. Ditanah Batak ;
a. Malau Raja ; arti pertanda akan menjadi Raja Melayu .
b. Manik Raja ; manik ; manik-manikam ; artinya berkilau.
c. Ambarita Raja ; ambarita : berita terkenal ; masyur ; mansur.
d. Gurning Raja ; gurning ; artinya bening ; suci ; thahir.
2. Ditanah Perantauan / Samudera Pasai ;
a. Malik Ul Thahir ( Mohammad ) ; thahir
b. Malik Ul Mansur ( Abdullah) ; mansur
Nama tersebut diatas mempunyai persamaan yang sama yaitu kedua nama anak yang lahir di Samudera Daya Pasai dengan anaknya yang ke-3 dan ke-4 di tanah Batak adalah sama yaitu bernama : MANSUR dan THAHIR
Adalah perhitungan yang wajar untuk mengikuti pola perhitungan bahwa umur satu generasi dalam mendapatkan keturunan rata-rata berumur diantara 20 – 35 tahun.
Banyak penulis mengatakan marga Malau yang di Rianiate adalah merupakan keturunan dari Tabu - tabu Gumbang dan sampai saat sekarang ini banyak marga Malau yang kita temui berasal dari sana dan tetap masih bermukim disana. Untuk daerah Pangururan ada juga leluhur marga Malau didapati disana, atas cerita dari banyak orang , keturunan marga Malau tersebut bernama RAJA ITULANNA MALAU yaitu yang merupakan marga Gurning tertua di Pangururan. Sementara itu keturunan dari Guru Pansur Malau dan Guru Langgak Malau serta Guru Solobean Malau tentu juga mengalami migrasi dari tempat asalnya dan mungkin saja menjadi marga Malau yang menurunkan Raja Djailalo Malau . Kenyataannya untuk RAJA DJAILALO MALAU ternyata bermukim di Huta Malau / Banjar Malau yaitu di daerah yang termasuk pada Nagari Simanindo yang hampir berjarak 15 km dari Rianiate . Mereka tidak menganggap mereka berasal dari leluhur Tabu-tabu Gumbang.
RAJA DJAILALO MALAU adalah keturunan atau anak dari OMPU TUAN SORI MALAU ( tahun 1650 ) dan ada meninggalkan suatu warisan yang yang sangat religius bagi keturunannnya / penulis. Warisan tersebut berupa sebuah Tombak yang disebut dengan Hujur Siringis. Tombak pusaka leluhur yang selalu dipergunakan dalam Pesta Bius di Nagari Simanindo.
Disamping itu di Huta Banjar Malau terdapat Jabu Parsattian atau rumah tempat tinggal leluhur Oppu Limbong Malau pada masanya. Sekarang ini tentu didiami oleh generasi penulis yang ada sekarang disana . Jabu Parsantian merupakan lambang spiritual dari kediaman kepala suku/ Raja ni Huta. Dalam rumah tersebut terdapat raga - raga yang menurut orang tua penulis mutlak ada di rumah bagi Raja Huta dalam memimpin acara penyampaian syukur dan doa-doa serta persembahan kepada Mulajadi Nabolon dan kepada para leluhur.
Dalam wilayah daerah Nagari Simanindo yaitu di Huta Malau maka keturunan dari pada RAJA DJAILALO MALAU adalah sebagai berikut ;
1. Ompu Tuan Sori Malau ( tahun 1650) mempunyai anak bernama Ompu Raja Djailalo Malau.
2. OMPU RAJA DJAILALO MALAU sekitar tahun 1686
mempunyai tiga orang putra yaitu ;
- OMPU BARINGIN MALAU
- OMPU MANGONDOK RAJA MALAU
- OMPU MANGARHAR MALAU
Ketiga anaknya ini mempunyai keturunan yang masing - masing sbb ;
Op. Baringin Malau adalah yang tertua , keturunannya banyak berada
dan bermukim di Huta Malau / Lbn.Batu , Simanindo sedangkan
Op. Mangarhar Malau yaitu yang bungsu dan mempunyai keturunan di
daerah Hutaginjang di dolok ni Huta Sitanggang Uruk sedangkan
Op. Mangondok Raja adalah yang anak kedua serta membuka
huta di Banjar Malau , Bokkung bagian dari Nagari Simanindo .
Karena penulis berasal dari leluhur Oppu Mangondok Raja maka silsilah ini mengikuti garis tarombo penulis tersebut sedangkan leluhur lainnya akan dijelaskan pada bagian akhir.
3. OP. MANGONDOK RAJA MALAU (2.B) sekitar 1718 M
mempunyai duaputra yaitu ;
Ompu Tahibajo Malau (3.B.i) dan
Ompu Mangampin Malau (3.B.ii)
4. OMPU TAHIBAJO MALAU (3.B.i) sekitar tahun 1750 M
hanya mempunyai satu putra yaitu ;
Ompu Habiaran Malau. (4.B )
5. OMPU HABIARAN MALAU (4.B ) sekitar tahun 1782 M
mempunyai tiga putra yatu ;
Ompu Lansat Malau. (5.B.i)
Ompu Mangonggop Malau. (5.B.ii)
Ompu Hadjangan (5.B.iii)
6. OMPU LANSAT MALAU ( 5.B ) sekitar tahun 1808 M
mempunyai dua putra yaitu ;
Ompu Siatbagi Malau (6.B.i)
Am. Mintara Malau (6.b.ii ----- habis).
7. OMPU SIATBAGI MALAU (6.B.i) sekitar tahun 1838 M
mempunyai satu putra juga yaitu ;
Ompu Limbong Malau atau
Am. Darilan Malau (7.B )
8. OMPU LIMBONG MALAU ( 7.B ) sekitar tahun 1865 M
Atau Darilan Malau
Mempunyai satu putra yaitu ;
Ompu Djaparman Malau atau nama lainnya
Am. Limbong Malau (8.B )
9. OMPU DJAPARMAN MALAU ( 8.B) sekitar tahun 1898 M
Mempunyai mempunyai 15 anak yaitu
Ompu Faber Malau atau St. L.A Malau
atau Am.Djaparman (9.B )
Am.Ratni Malau, Gersom Malau, Guliman Malau,
Guliaman Malau,Djihon Malau, Djatimbun Malau.
Nai Lubrin / Hong Maria , Nai Rama / Ragusta,
Nai Karalam (parsidaji), Nai Sinton (pargalungan)
Laboni ( parSambu Baru, Nai Abel (parnainggolan)
Nai Rotua (partitipapan) , Nai Harto (si Hormi)
10. OMPU FABER MALAU ( 9.B) tahun 1925 M
mempunyai 7 anak yaitu ;
St. Djaparman Malau .Bsc (10.B.1)
Erwin Malau, SH.MH (10.B.2)
Wilman Malau, SH (10.B.3)
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sejauh ini marga Malau belum kelihatan menonjol dibandingkan dengan marga-marga batak lainnya secara umum. Hal ini tentu dapat menjadi spirit yang bernilai tinggi bagi generasi berikutnya agar kiranya dapat lebih menyempurnakannya dimasa yang akan datang dan turut mengambil bagian menjadi Silau Raja-Silau Raja yang baru yang bisa tampil bagi pembangunan manusia. Generasi yang bisa menjadi pemimpin bangsa yang manshur dan thahir.
Dari skema diatas maka bila ditarik perhitungan dengan anggapan untuk satu penerus itu telah diasumsikan berumur sekitar 20-30 tahun maka untuk silsilah penulis diatas dapat ditentukan rantai terputus atau leluhur yang belum dapat ditemukan namanya adalah :
antara leluhur dari anak Raja Malau II kepada Tabu-tabu Gumbang dan Raja Itulanna Malau tahun 1400 sampai dengan Ompu Tuan Sori Malau yaitu orang tua dari pada Raja Djailalo Malau yaitu kurun waktu dari tahun 1400 – sampai dengan tahun 1650/1686 maka akan dapat pula diperoleh lebih kurang sebanyak 250 tahun.
Hal ini setara dengan jumlah dari 4 - 6 tingkat leluhur atau ada empat sampai enam generasi yang harus dicari untuk dapat mengetahui para leluhur dari Si Raja Batak langsung sampai ke penulis.
Periode tahun 1400 s/d 1650 adalah tahun mulai runtuhnya Negara Samudera Aca Pasai dan masa dimulai masuknya imperialis Eropa ke bumi Sumatera khususnya VOC yang bertindak kejam kepada pribumi. Keadaan demikian membuat orang-orang pribumi takut menonjolkan diri karena takut dan segan menjadi sasaran musuh maupun target /tawanan dari VOC.
Dikalangan keturunan marga Malau sendiri masih terdapat kotroversi akan leluhur Silau Raja , terutama tentang istri dari pada Oppu Silau Raja tersebut. Kemudian tentang anaknya yang disebut Malau Raja , Manik Raja, Ambarita Raja dan Gurning Raja mendapat beberapa tanggapan apakah termasuk Punguan Silau Raja atau keturunan si Raja Borbor.
Sebab terdapat juga keturunan dari Si Raja Borbor yang bermarga Damanik maupun bermarga Gurning, yang tentu akan menjadi Hahadoli atau abang dari Silau Raja. Tidaklah berfaedah untuk memperdebatkannya, karena itu setiap orang yang harus tahu sendiri orang tuanya dari leluhur mana, bahwa setiap orang itu yang menentukan dianya adalah masuk rumpun marga manakah dan dia bisa membuktikan , untuk itulah dia harus perlu mencarinya. Jika bertujuan untuk menyerang orang lain atau mengatakan pihak lain salah sementara dianya sendiri tidak bisa dan tidakpun tahu akan dirinya tentulah menjadi kekeliruan yang baru pula.
Sangat tidak tepat bila ada pihak manapun yang menganggap dirinya lebih akurat atau lebih Batak atau lebih baik dari marga Batak lainnya, ataupun secara fanatisme yang buta dalam mengungkapkan asal leluhurnya sebab senyatanya sejarah Batak masih sulit disempurnakan. Hanya orang – orang yang bijaksana saja yang menghargai sejarah dan lebih bijaksana lagi turut serta menyempurnakan sejarah dan bukan meninggalkan atau membuangnya begitu saja.
Tulisan dan silsilah ini sengaja disajikan agar dapat berguna bagi generasi berikutnya. Salam dan doa untuk seluruh kebaikan yang telah diperbuat Silau Raja, sang penyabar, sang penyayang yang budiman, parbahul-bahul nabolon , tidak melakukan dendam, lebih memilih untuk berkarya ditempat lain. Meninggalkan apa yang sepatutnya menjadi haknya , mencari penggantinya ditempat lain di negeri-negeri orang lain. Karena itu menjadikannya berkat yang sangat luar biasa dari Sang Pencipta.
Untuk Oppu Silau Raja mempunyai Prinsip Hidup yang diwariskan bagi keturunanya serta sangat tepat untuk selalu dijunjung oleh para keturunannya terutama para generasi-generasi muda yang ada saat ini. Prinsip tersebut mengandung nilai-nilai yang sangat tinggi bahkan sesuatu nilai-nilai yang sangat pantas dibanggakan , karena Oppu Silau Raja sejak zaman dahulu dan telah berabad – abad mempunyai pemikiran yang sangat mulia dan pemimpin sejati yaitu sebagai berikut ;
OPPU SILAU RAJA
Raja natar barita anakni si Raja Batak Targoar ala
Raja yang terkenal, anak si Raja Batak karena memiliki sifat ;
Parjaba-jaba dibibirna , Bijaksana ucapannya
Na so tanggam mida bohi , Tidak surut menghadapi siapapun
Jala na so maila mida rupa , Tidak pilih kasih
Parlak-lak di tolonan na , Tutur katanya sesuai aturan dan masalahnya
Par hatian na so ra monggal , Membela mati-matian suatu keadilan
Par inggala si bola tali , Mengayomi sampai keujung masalah
Sijaga pijulu sijaga pintu jae , Melindungi dari semua aspek
Tarida urat ditambor-tambori , Memperkecil setiap permasalahan
Masuak dakka di sihor-sihori , Yang tertindas ditolong
Malos bulung taruan aek , Tidak pamrih
Dalam kesempatan ini penulis mengajak pula kepada para generasi berikut dari Silau Raja, agar mana perlu untuk selalu mengenang Silau Raja khususnya perbuatan baik yang pernah dilakukannya. Untuk itu ada dapat kita kenang dalam nyanyian sebagai berikut :
OPPU SILAU RAJA
Wilm M Pase
NA UJU I DI SIANJUR MULA MULA
ADONG MA SAHALAK ANAK NI RAJA
NAMARGOAR SILAU RAJA
IBANAMA SIAMPUDAN NI RAJA
NA IKKON RUAR SIAN HUTA
ALA PAMBAHENAN NI PARROHA ROHA
TOMBAK NANG RURA DALANANNA
DOLOK NANG TAO BOLUSONNA
MAMBOAN NASA NA LUNGUN DIBAGAS ROHA
Reff :
DITANO BATAK OPAT MA ANAKHONNA
MALAU RAJA MANIK RAJA AMBARITA RAJA
SIAMPUDANNA MAI GURNING RAJA
AKKA NA BURJU MARDONGAN SABUTUHA
ALAI ANGGO OPPUI SILAU RAJA
NDANG SO I BAHENON NI PARJALANGANNA
LUAT IRISANNA MAI SIDAPOT HONONNA
GABE HUTA NANG HARAJAONNA
DISALUHUT DESA NAWALU TOROP DO PINOPPARNA
AKKA NABURJU MANGULA JALAGOK DORBIANNA
SILAU RAJA MAI DIBAHEN GABE TANDA PARSAORANNA
ANAK NI RAJA SIANJUR MULAMULA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar